Oleh : Al-Ustadz Sumitra Nurjaya S.Pd,i
(Pimpinan Majelis Taklim Al-Kamal Medan & Pondok Pesantren Miftahussuruur Medan)
Kitab Durrul Farid syarah Jauharoh Tauhid. Ini adalah salah satu kitab favorite saya dalam Ilmu Tauhid. Saya sangat suka dan sangat cinta sekali dengan kitab ini. Gak tau kenapa, begitu pertama kali bertemu langsung jatuh cinta pada pandangan pertama.
Mau tahu siapa penulisnya?? Kok bisa buat saya begitu kesengsem (jatuh cinta) dengan kitab ini. Penulisnya adalah orang Indonesia. Alhamdulillah, Al-Faqir pernah masuk melihat perkampungan Desa Senori tempat kelahiran penulis. Desa yang begitu sederhana tapi mampu melahirkan Ulama kaliber dunia.
BIOGRAFI
Syaikh Abu Fadhol Senori (Mbah Ndul) dari Senori, Tuban, Jawa Timur. Nama beliau sangat harum di Indonesia. Meski beliau sudah wafat, namun nama beliau tidak bisa hilang dari ingatan semua orang. Bahkan berkat beliau, nama Senori juga ikut harum. Kisah beliau yang diceritakan oleh putra pertamanya (KH. Abdul Jalil), selalu menarik untuk disimak dan disuritauladani.
Sejak kecil, Mbah Ndul sudah menampakkan keanehannya dibanding dengan anak seusianya. Nakalnya luar biasa tapi kecerdasan dan keberaniannya juga diatas rata-rata. Setiap ada tamu yang sowan pada abah beliau (Kiai Abdusy Syakur). Wedang yang disuguhkan pasti akan dicicipi dulu seperti seorang guru yang memberi barokah pada santrinya.
Beliau suka bermain di markas Belanda yang ada di depan rumahnya. Dengan mudah beliau bisa bercengkrama dengan para londo totok. Tak heran bila beliau sudah mampu berbahasa Belanda dengan fasih.
Disaat usia 9 tahun, beliau sudah hafal Al-Qur'an dalam waktu 2 bulan. Padahal rata-rata orang menghapal Al-Qur'an itu butuh waktu 3 sampai 4 tahun. 15 juz yang awal ditempuh dalam 1 bulan, setiap 1 juz dibaca 3 kali (dalam satu jalsah) dan langsung hapal. Dan 15 juz yang akhir juga ditempuh (dalam satu bulan) dengan metode setengah juz dibaca 3 kali dan langsung hapal.
Beliau ketika kecil, sering nguping saat abahnya mengkaji kitab bersama santri-santri. Bila sang abah sudah selesai, gantian beliau yang membaca kitab yang sama sambil menerangkan isinya persis seperti keterangan abahnya. Beliau mengaji hanya kepada abahnya dan kepada Hadrotus Syekh KH. Hasyim Asy'ari (Tebu Ireng, Jombang). Itu pun hanya ditempuh selama 7 bulan.
Pada saat khatam ngaji Kitab Jurumiyyah, beliau bisa baca Taqrib dan Fathul Mu'in. Sewaktu khatam Kitab Kafrawi, beliau bisa baca Fathul Wahab. Dan ketika khatam Kitab Al-Fiyyah (usia 11 tahun) beliau sudah bisa ngajar sekaligus menulis kitab. Ketika khatam Kitab Uqudul Juman, gaya dan tata bahasa karangan beliau menjadi penuh warna dan bernilai sastra tinggi. Metode yang digunakan dalam mengajar santri-santrinya adalah sorogan dengan satu judul kitab sampai khatam, baru setelah itu ganti kitab lain. Hal ini bertujuan agar benar-benar bisa difaham dan meresap dalam dada. Menurut beliau, ilmu firro'si laa fil karrosi (Ilmu itu ada dikepala bukan dilampiran kitab).
Bila jam menunjuk pukul 1 malam, beliau bangun untuk melakukan qiyamullail sampai pagi. Malam-malam yang sepi dan sunyi itu diisi dengan dzikir pada Sang Kholiq. Sayup-sayup terdengar lantunan dzikir dan bacaan Al-Qur'an dari kamar pribadinya. Ketika menjelang subuh, dzikir itu ditutup dengan bacaan Hizib Saifi Mughni, Hizib Nashor dan Hizib Bahr.
Dalam sebulan beliau bisa mengkhatamkan Al-Qur'an sebanyak 60 kali. Sedangkan dalam menambah keilmuan, setiap 10 hari bisa khatam 1 kitab besar. Itupun dalam keadaan setengah hapal isinya. Hal ini terbukti bila ada persoalan, beliau mampu menunjukkan jawaban disertai ta'birnya. Bagi beliau seakan-akan tidak ada masalah yang musykil apalagi mauquf. Sehingga KH. Zubair (pengasuh Pondok Pesantren Al-Anwar Sarang) menjulukinya dengan "Sang Kamus Berjalan".
Bila melakukan sholat selalu diawal waktu. Dalam memberi maui'dzoh atau khutbah, beliau bersikap serius namun mengena dan menyentuh perasaan. Sehingga para pendengarnya dibuat hening dan tak jarang menagis tersedu-sedu karena terbawa perasaan.
Mbah Ndul juga manusia biasa, punya anak dan keluarga yang butuh untuk dinafaqohi. Oleh sebab itu beliau juga bekerja untuk mencukupi kebutuhannya. Berbagai pekerjaan yang pernah dilakukaan dan dijalaninya yaitu menjadi buruh jahit, penjahit, bahkan jualan benang.
Ketika beliau jualan benang, dari daerah Kerek,Tuban - Sedan,Rembang beliau tempuh dengan jalan kaki sambil memikul benangnya. Sebuah jarak yang sangat jauh dengan beban dipunggung yang tidak ringan. Selain itu beliau juga pernah jualan kain, membuka toko, reparasi sepeda pancal dan sepeda motor, membuat barang-barang elektronik (meski beliau tidak pernah belajar elektro sama sekali). Beliau juga pernah menjadi bos becak, mendirikan pabrik rokok dan lain sebagainya.
Yang mengherankan, setiap usahanya berkembang pesat seketika itu juga dihentikan dan diganti pekerjaan lain yang dimulai dari nol lagi. Hal ini semakin menguatkan keyakinan banyak orang bahwa beliau adalah sosok Kyai yang zuhud (tidak cinta dunia). Tujuannya bekerja hanyalah ibadah dan sekadar menuruti perintah Allah SWT semata bukan untuk mencari harta. Dengan memulai dari nol lagi tentu banyak kesulitan yang dihadapi. Semakin banyak kesulitan, kian banyak pahala yang akan didapatkan. Al-ajru biqodri ta'ab (Pahala tergantung dari nilai kepayahannya).
Jadi menurut beliau, segala sesuatu mesti diniati ibadah bahkan sampai dalam memberi nafaqoh istrinya pun tidak lepas dari dimensi ibadah. Beliau dalam memberi nafaqoh harian pada istrinya tidak memberikannya sekaligus sehari, tapi nafaqoh pagi diberikan pagi hari, nafaqoh siang diberikan siang hari dan nafaqoh sore diberikan sore hari. Ketika hal itu ditanyakan, jawab beliau "Agar banyak niatnya sehingga banyak pula pahalanya".
Dalam keseharian, beliau sangat sederhana dan bersahaja. Saking sederhananya ketika ta'ziah dalam wafatnya KH. Zubair Sarang, beliau sempat dicueki atau tidak dihormati oleh orang karena songkok hitam yang dipakai tidak lagi hitam tapi telah berubah warna menjadi merah. Baju yang dikenakan lusuh, hingga orang acuh memandangnya. Orang-orang baru tahu kalau itu adalah Mbah Ndul yang sangat terkenal itu. Tanpa sengaja MBah Maimun Zubair memergokinya ditengah jalan dan langsung menciumi tangan beliau lalu menempatkannya pada tempat yang layak.
Beliau telah menghasilkan dan menciptakan puluhan karya tulis. Beliau sudah menulis sejak masih remaja. Hanya yang patut disayangkan adalah karya tulisnya banyak yang tidak bisa dimanfaatkan, sebab sebagaian ada yang terkena banjir tatkala banjir besar tahun 1971 melanda Tuban. Dan yang sebagian lagi dibawa oleh murid-muridnya yang tersebar dimana-mana, sehingga sulit untuk melacaknya sekarang. Beliau dalam mengajar santrinya selalu mengarangkan materi pelajarannya baik yang berbentuk nastar maupun nadzom. Setelah selesai, kitab karangannya diberikan pada muridnya yang mengaji.
Diantara karangan beliau yang sudah beredar adalah :
1. Tashilul Masalik syarah Alfiyyah Ibnu Malik
2. Kasyfut Tabarih fi Sholatit Taraweh
3. Ahli Musamaroh fi Bayani Auli'il Asyroh
4. Durrul Farid fil Limit Tauhid
5. Dan beberapa karangan yang belum selesai seperti nadzom Bahjatul Hawi, Nadzom Jam'ul Jawami'.
والله اعلم
Dalam sebuah riwayat yang terdapat di dalam Kitab Mathlaul Badrin, bahwasannya Rasulullah SAW bersabda : "Barangsiapa menolong/membantu Penuntut Ilmu dan Orang Berilmu, maka ia mendapat pahala seperti pahala membangun 70 Ka'bah".
Mari meringankan dakwah dan fasilitas para penuntut Ilmu, dengan cara Berdonasi
Anisah Izzati
BRI 53070102629753
FOLLOW US ON :
Facebook
https://m.facebook.com/Majlis-Talim-al-Kamal-Medan-2266238913649987/
Instagram
https://www.instagram.com/mt_alkamal/?hl=id
Kalam Ustadz
https://instagram.com/alkitaabah?igshid=1s85ptebr2kne
Blog Website
https://majlistaklimalkamal.blogspot.com
Youtube
https://youtu.be/c3IT81KzLsM
Contact Person
+62812-6084-9711
اللهم صلی عل سيدنا محمد و عل الی سيدنا محمد
Assalamualaikum Wr. Wb. Ngapunten barangkali ada yang berkenan punya fotonya mbah dol di atas format jpeg terus resolusinya tinggi minta dikirm ke email: yunusladingketul@gmail.com MATUR SUWUN...
ReplyDelete