Tuesday, December 24, 2019

TOLERANSI ANTAR UMAT BERAGAMA

*RANGKUMAN Bag 1*

Selasa 24 Desember 2019.
Disampaikan Di PC GP ANSOR DELI SERDANG

*Pemateri* : al-Ustadz Sumitra Nurjaya S.Pd.i

Dahulu elit - elit kafir Quraisy seperti Walid bin Mughiroh, Ash bin Wail, Aswad bin Abd Mutholib, dan Umayyah bin Khalaf sowan kepada Rasulullah saw untuk menawarkan _Kompromi Ibadah_. Mereka terganggu dengan dakwah Rasulullah saw yang kian hari kian diminati oleh masyarakat Jahiliyah.

"Wahai Muhammad, kenapa tidak kami menyembah Tuhanmu beberapa saat, dan kamu menyembah Tuhan kami beberapa saat juga?"

Dengan kompromi ibadah, mereka berharap akan terjadi perdamaian الصلح antara pihak mereka dan pihak Rasulullah saw.

Atas usulan yang unik ini turunlah surah al-Kafirun 1 -6 (Makkiyah). Surah ini menegaskan tidak perlunya kompromi ibadah. Biarlah perbedaan - perbedaan itu lestari dan menjadi khazanah peribadahan yang tidak perlu disamakan. Hal ini ditegaskan dengan ayat ke -6 dari surah al-Kafirun :

لكم دينكم ولي دين

*Realisasi* kompromi dalam kehidupan kita saat ini adalah semisal "sesekali anda menghadiri acara peribadatan mereka di tempat - tempat ibadah mereka, seperti di Gereja misalnya, dan sesekali mereka hadir ke masjid - masjid kita. Saling undang mengundang.

Nah, inilah yg disebut dengan kompromi, dan itu dilarang oleh Syariat Islam, walaupun tujuannya adalah perdamaian.

Gagasan perdamaiannya patut diapresiasi. Namun lebih baik melalui cara toleransi, bukan kompromi. 

_"Kalau anda hadir diacara peribadatan mereka, itu bukanlah toleransi, akan tetapi kompromi atau toleransi kebablasan dan inilah yg sering digaung - gaungkan oleh penganut faham pluralisme (Liberal)"_.

Toleransi itu adalah saling menghargai antar agama. Mereka (Nonmuslim) biarkan tenang melaksanakan ajaran agama mereka tanpa intimidasi dan intervensi dari umat Muslim. Demikian halnya, ketika umat Islam menjalankan ajaran agamanya, jangan sampai Umat agama lain mengintimidasi dan mengintervensi umat Islam. 
Sehingga terciptalah perdamaian sebagai wujud dari toleransi. 

Silahkan, menjalankan ajaran agama sesuai dengan keyakinan masing - masing.
Tanpa harus saling mengintimidasi dan mengintervensi.
Dan tetap harus menjaga persatuan dan kesatuan dibawah Naungan _Bhinneka Tunggal Ika_ (walau berbeda -  beda namun kita tetap satu). 

_Wallahu A'lam_

Saturday, December 21, 2019

HUKUM MERAYAKAN HARI IBU

Bagaimana Hukum Merayakan Hari Ibu??? 

Haramkah? 
Bid'ahkah? 
Tasyabbuhkah? 
"Menyerupaia Perbuatan Orang Kafirkah?".

Dalam hal ini asy-Syaikh 'Ali Jum'ah Ulama Kenamaan Al-Azhar Mesir menyebutkan dalam salah satu kitab beliau _Al-Bayan Lima Yashghal al-Adzhan_, Jilid 1 hal 371 - 375 :

_Syariah tidak melarang merayakan hari ibu yang mengekspresikan kebaktian para anak kepada para ibu. Hal tersebut merupakan perkara yang terorganisir yang tidak ada salahnya. Juga tidak ada kaitannya dengan permasalahan bid'ah yang sering didengungkan bnyk orang_ (hal : 372). 

_Dari uraian di atas, maka merayakan hari ibu termasuk perkara yang legal secara Syari'ah, tidak dilarang dan tidak keliru_ (hal : 375).

Jadi jelas, bahwa merayakan hari ibu termasuk perkara yg dibolehkan secara syariat.
TIDAK terlarang sama sekali.

Jangan sedikit - sedikit haram.
Jangan sedikit - sedikit bid'ah.  
Jangan sedikit - sedikit tasyabbuh.

Syaikh Ali Jum'ah adalah Grand Syaikh Azhar 
tentu lebih otoritatif dari orang yg mengatakan _MEMPERINGATI HARI IBU KAFIR, HARAM, MENYERUPAI ORANG KAFIR ADALAH HARAM_ De el el ....

*Oleh* : al-Faqir Sumitra Nurjaya.

Tuesday, December 17, 2019

RANGKUMAN KAJIAN KITAB SULLAMUT-TAUFIQ

*RANGKUMAN KAJIAN KITAB SULLAMUT-TAUFIQ*
Tentang Azab Kubur (Bag 1)
Selasa 17 Desember 2019.
Di Seketariat Majlis Ta'lim al-Kamal Medan/Ponpes Salafiyah Miftahussurur Medan.

*Pemateri* : Khodimul-Majlis/Ma'had al-Ustadz Sumitra Nurjaya S.Pd.i

Termasuk perkara yang wajib untuk diimani adalah perkara Ghoib, yang termasuk di dalamnya adalah *Azab Kubur*.

Rasulullah saw datang menemui Ummu Mubasyir, beliau saw berada pada salah satu pagar Bani Najjar dan di dalamnya terdapat kuburan. Maka Rasulullah saw keluar dari pagar itu seraya bersabda : _"Mohonlah perlindungan kepada Allah dari siksa kubur"_. Ummu Muabasyir bertanya : _"Ya Rasulullah apakah mereka sedang disiksa di kuburnya?"_. Rasulullah saw menjawab : _"Ya Mereka sedang disiksa di kuburnya, dan hanya hewan yang bisa mendengarnya"_. (HR Imam Ahmad, pada kitab Musnad Ahmad Juz 7, hal 362. dan Ibnu Hibban dalam Mawarid azh-Zham'an, 787). 

1. *Pertanyaan* : _Samakah fitnah kubur dengan azab (siksa) kubur?_
*Jawab* : 
Yang dimaksud dengan fitnah kubur adalah cobaan, ujian, dan kebingungan akan pertanyaan dua Malaikat.  Sedangkan azab (siksa) kubur adalah penghimpitan tanah, kesengsaraan (beruba cambukan, pukulan dll) dan kegelapan kubur. Azab (siksa) kubur terkadang bermula dari fitnah kubur, seperti saat seseorang kebingungan menjawab pertanyaan - pertanyaan dua Malaikat, kemudian dia disiksa.
(Rujukan : Kitab *'Umdatul Mafatih*, Juz 7, hal 425). 

2. *Pertanyaan* : _Yang menerima Azab (siksa kubur) Jasad atau Ruh?_
*Jawab* : 
Yang disiksa di dalam kubur secara hakiki adalah ruh, hanya saja jasad ikut merasakan siksaan sakitnya. 
Sebagaimana ketika di dunia ruh merasakan nikmat, maka jasadpun ikut juga merasakannya. 
(Rujukan : Kitab *ar-Ruh* hal 79. Dan Kitab *Tuhfatul-Murid* hal 169).

3. *Pertanyaan* : _Apakah orang yang matinya tidak dikubur akan mendapat siksa kubur juga?_
*Jawab* : 
Setiap orang yang mati, baik kafir atau mukmin yang durhaka kepada Allah pasti akan mendapat siksa kubur. Sekalipun jasadnya dikuburkan ataupun tidak dikuburkan sama sekali, seperti di salib, di tenggelamkan, dan di bakar sampai menjadi debu. 
(Rujukan : Kitab *Mirqotu Shu'ud at-Tashdiq Fi Syarhi Sullam at-Taufiq*, hal 11).

4. *Pertanyaan* : _Benarkah azab (siksa) kubur diangkat di malam jum'at?_
*Jawab* : 
Azab (siksa) kubur terkadang diangkat/dihilangkan disebabkan waktu - waktu yang dimuliakan. Diriwayatkan dengan sanad Dhoif dari Anas bin Malik : _Sesungguhnya azab (siksa) kubur diangkat dari orang - orang yang meninggal di bulan Ramadhan, begitu juga fitnah kubur diangkat bagi orang yg meninggal di hari jum'at atau malam jum'at_. (Rujukan : Kitab *Ahwal al-Qubur*, Juz 1 hal 105). 

_*Tanbih*_ : 
- Terangkatnya azab (siksa) kubur hanya tertentu bagi orang - orang muslim saja, sekalipun pelaku maksiat. Tidak berlaku bagi orang kafir. (Rujukan  : Kitab *al-Fawakih ad-Dawany*, Juz 1, hal 304). 
- Orang yang mati di bulan Ramadhan, hari atau malam jum'at mendapat keamaan dari azab (siksa) kubur sampai hari kiamat. Bukan hanya dihari atau malam Jum'at itu saja. 
Mereka mendapat azab (siksa) kubur hanya sesaat saja, demikian pula penghimpitan kubur, kemudian berhenti dan tidak akan kembali lagi sampai hari kiamat. (Rujukan : Kitab *Qothrul-Ghoits*, hal 10).

Wallahu A'lam.

*Jadwal Kajian Kitab Sullamut Taufiq* 👇🏻
*Waktu* :
- Senin & Selasa Pukul 13.45 - 15.00 Wib
- Rabu Pukul 16. 30 - 17.30 Wib
*Tempat* : Seketariat Majlis Ta'lim al-Kamal Medan, Jl Garu 2 B Gg Setia (Dekat Puskesmas)  Kelurahan Harjosari 1, Kecamatan Medan Amplas.

*TERBUKA UNTUK UMUM*

Wednesday, December 11, 2019

AKHLAK NABI SAW TERHADAP NABI PALSU

Dahulu dizaman Rasulullah saw ada Seorang Nabi PALSU yaitu Musailamah al-Khadzdzab yg mendakwahkan dirinya sebagai Nabi!. 

Kendati Rasulullah saw berbeda keyakinan dengan Musailamah al-Khadzdzab, Rasulullah saw tidak serta merta mengintimidasi apalagi MEMBUNUH nya. Beliau menegurnya secara santun melalui suratnya :

_"Bismillahir-Rahmanir-Rahim. Dari Muhammad Rasulullah untuk musailamah al-Kadzdzab. Semoga keselamatan bagi orang yg mau menerima petunjuk Allah, amma ba'du. Bumi ini milik Allah yg diperuntukan bagi hamba-Nya yang bertaqwa"_. 

Isi suratnya hanya itu. Tanpa intimidasi maupun intervensi serta tanpa kekerasan, apalagi pembantaian secara keji, padahal jumlah kaum muslimin pada saat itu sangat mungkin untuk melakukannya. Inilah reaksi damai Nabi Asli kepada Nabi Palsu. 

Secara pribadi sangat mungkin Rasulullah saw marah dan geram. Namun sebagai seorang Rasul yg mengemban misi damai bagi semesta Alam, kemarahan dan kegeraman yg berpotensi memantik kekerasan itu diredamnya. Geram tanpa memukul dan marah tanpa mencerca, menghina apalagi membantai. Inilah ajaran yg adiluhung. 

Bahkan kepada FIR'AUN yg nyata - nyata kekafirannya karena mengaku sebagai tuhan sekalipun, Nabi Musa dan Nabi Harun dititah untuk berturur kata lemah lembut kepada FIR'AUN. (Q.S Thaha 43 - 44). 

إذهبا إلى فرعون إنه طغى فقولا له قولا لينا 

_*Pergilah kalian berdua kepada Fir'aun, sesungguhnya ia telah melampui batas. Baka berbicaralah kalian berdua kepadanya dengan kata - kata yg lemah lembut*_.

Ber'amar ma'ruf Wannahyu 'anil-Munkar (Menyeru kepada kebajikan dan mencegah kemungkaran) itu dilakukan dengan tiga langkah kreatif sesuai dengan firman Allah Q.S an-Nahl 125 :
- Melalui Kebijaksanaan (Bil- Hikmah)
- Nasihat yang positif (al-Mauizhoh al-Hsanah) 
- Dialog yg elegan (Jadilhum billati Hiya Ahsan). 

Inilah yg di ikuti oleh para sahabat nya Rasulullah saw. Kendati geram dan marah, mereka tidak main hakim sendiri atau membuat gerakan - gerakan diluar komando Rasulullah saw. Ini berbeda dengan sekelompok umat Islam di negeri ini, yg gemar melangkah diluar jalur komando Nabinya. Efeknya, tentu saja menegatifkan citra Islam sebagai agama damai dan rahmat bagi semesta. Kita sendiri yg akhirnya dirugikan.

Wallahu A'lam.

*Oleh* : al-Faqir Sumitra Nurjaya
(Pimpinan Majlis Ta'lim al-Kamal dan Ponpes Salafiyah Miftahussurur Medan)

Tuesday, December 10, 2019

JASA GURU-GURU

Saat ini kamu mengenal ulama ini, ulama itu.
Imam ini, imam itu.
habib ini, habib itu.
melalui siapakah engkau mengenalnya? 
siapakah orang yg mengenalkan mereka kepadamu? 

Jawab : 
Guru lah yg mengenalkanmu kepada orang2 besar seperti mereka.
Namun mengapa? 
setelah engkau mengenal mereka, dekat dengan mereka.
lantas engkau meninggalkan gurumu.
Bahkan engkau menganggap gurumu kecil setelah engkau mengenal orang2 besar.
Manusia yg berbudi adalah manusia yg tidak pernh melupakan dan meninggalkan washilah (perantara). 
Gurumu adalah washilah (perantara) terbesar bagimu dalam mengenal Allah, mengenal Nabimu dan pembesar - pembesar nya Ulama.

Jangan lupakan gurumu .
Jangan tinggalkan gurumu.
Akan keberkahan senantiasa meliputimu.

Alfatihah untuk guru - guru kita semua.

SEJATINYA CINTA KEPADA GURU

"Sesungguhnya yang namanya Orang Cinta dengan Guru bukanlah orang yang selalu dekat dan sering duduk di samping Guru atau yang selalu berfoto dengan Guru, bukan itu. Tapi Orang yang Cinta dengan Guru itu adalah yang selalu mendengarkan dan menyimak Kalam dari Guru lalu mengamalkannya, dan Orang yang selalu Muthaba'ah mengikuti kepada perbuatan, adab, dan ucapan Guru-Gurunya."

(Syaikh Zaini Al-Banjary) Abah Guru Sekumpul

Alfatihah 

بِسْمِ  ٱللَّهِ ٱلرَّحْمَـنِ ٱلرَّحِيم
ٱلْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ ٱلْعَـلَمِين۞ ٱلرَّحْمَـنِ ٱلرَّحِيم۞
مَـلِكِ يَوْمِ ٱلدِّين۞إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ۞ ٱهْدِنَا ٱلصِّرَطَ ٱلْمُسْتَقِيمَ۞صِرَطَ ٱلَّذِينَ أَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ۞ غَيْرِ ٱلْمَغْضُوبِ عَلَيْهِمْ وَلاَ ٱلضَّاۤلِّينَ۞
آمــــــــــــــــــينَُ

NASIHAT UNTUK YANG SUKA MENGKAFIR - KAFIRKAN ORANG LAIN


Berkata al-Imam al-Ghozali dalam kitab _Faishol al-Tafriqoh_ pada _Majmu'ah al-Rasail_ hal 265 :

_Adapun wasiatnya adalah hendaklah jaga lisan anda dari ahli kiblat semampunya selama mereka menyatakan لآإله إلاالله محمد رسول الله tanpa merusaknya. Perusakan itu bisa terjadi dengan anggapan mereka boleh melakukan kebohongan terhadap Rasulullah saw disebabkan uzur ataupun tidak. Sebab, pengkafiran itu sangat membahayakan. Sedangkan diam -tidak mengkafirkan- itu tidak berbahaya_. 

Dan al-Imam Abu Hasan al-Asy'ari dalam kitab _Al-Ibanah 'an Ushul al-Diniyah_ menyatakan :

وندين بأن لا نكفر أحدا من أهل القبلة 

*Artinya* : _Kami beragama dengan tidak mengkafirkan ahli kiblat_. 

Lisan yg kotor disebabkan hati yang kotor.

MENOLAK PERBEDAAN, MENOLAK KEHENDAK TUHAN


*Oleh* : Al-Faqir Sumitra Nurjaya
(Pimpinan Ponpes Salafiyah Miftahussurur Medan & Majlis Ta'lim al-Kamal)

Umat Islam Harus Bersatu!!!
Hilangkan Perbedaan!!!
Narasi seperti ini sering digaungkan oleh aktivis - aktivis "apalah namanya" pada akhir - akhir ini. 

Saya merasa bingung dan heran.
Ketika digaungkan "Umat Islam Harus Bersatu". 
Muncul ragam pertanyaan dibenak saya "Bersatu dalam hal apa?". 
Bukankah Perbedaan itu termasuk _Sunnatullah_? 
Sebagaimana disebut dalam al-Qur'an Surah al-Hujarat ayat 13 :

_Kami menjadikanmu berbangsa - bangsa dan bersuku - suku *agar kamu saling mengenal*_. 

Lihat betapa Allah menjadikan sebuah perbedaan dengan maksud dan tujuan _Lita'arofu_ (Agar kita saling mengenal). 

Perbedaan itu _Sunnatullah_. 
Perbedaan itu _Kehendak Allah_.
Menolak Perbedaan, berarti menolak _Sunnatullah_. 
Menolak Perbedaan, berararti menolak _Kehendak Allah_. 

Masalah sebenarnya itu bukan terletak pada _PERBEDAAN_ - nya, tapi bagaimana sikap kita di dalam memahami perbedaan tersebut. 

Tidak elok kiranya, jika perbedaan itu diributkan di dunia dengan saling mencaci, mengintimidasi, atau bahkan saling menyerang satu sama lain. 

Perbedaan dan keragaman mustahil dihilangkan, karena hal itu memang termasuk _Sunnatullah_, baik keragaman budaya, etnis, agama, ras, maupun kepentingan.
Tugas manusia bukan menyeragamkannya, melainkan mengamalkan _Falsafah Bhinneka Tunggal Ika_ dan menghargai perbedaan itu, supaya tercipta kehidupan sosial yang saling mengenal (Li Ta'arofu). 

Jangan memaksakan kehendak, seolah - olah kita tidak boleh berbeda.
Jangan memaksakan pola fikir, seolah - olah kita harus memiliki pola fikir yang sama.
Dewasa dan Bijaklah dalam menghadapi perbebadaan.

#SalamDamai
#SalamCinta
#IslamMengasihiBukanMembenci

PARA 'ALAWIYYIN ITU HUMORIS

𝖪𝖾𝗇𝖺𝗉𝖺 𝖯𝖺𝗋𝖺 '𝖠𝗅𝖺𝗐𝗂𝗒𝗒𝗂𝗇 𝖨𝗍𝗎 𝖧𝗎𝗆𝗈𝗋𝗂𝗌

Sifat humoris para 'Alawiyyin memang sudah turun temurun dari kakeknya para 'Alawiyyin, yakni Imam Ali bin Abi Thalib Radhiyallahu'anhu. Sisi lain dari Imam Ali bin Abi Thalib selain sifat 'alim, cerdas, pemberani, dan tegas adalah suka humor.

Hingga Sayyidina Umar pun berkata :

ﺑﺌﺲ ﺍﻟﻤﻘﺎﻡ ﺑﺄﺭﺽ ﻟﻴﺲ ﻓﻴﻬﺎ ﺃﺑﻮ ﺍﻟﺤﺴﻦ

Seburuk buruknya tempat di muka bumi ini adalah tempat yg disana tidak ada ayahnya Al Hasan (Sayyidina Ali bin Abi Thalib). Bercanda, bukanlah suatu larangan, asalkan di dalamnya tiada dusta dan maksiat.
Nabi ﷺ pernah bersabda :
“Sesungguhnya saya bercanda dan saya tidaklah mengatakan selain kebenaran.”
(HR. Ahmad)

Suatu ketika, Nabi dan para shahabat berbuka puasa. Salah satu menu yang tersaji adalah kurma. Merekapun menikmatinya, dan meletakkan sampah berupa biji kurma di depan masing-masing.

Merasa biji yang ada di depannya terlalu banyak, keisengan Sayyidina Ali pun muncul. Ia kemudian memindahkan biji-biji itu ke hadapan Baginda Nabi ﷺ, mencampurkan dengan biji sisanya, kemudian berkata
"Apa engkau begitu lapar, wahai Nabi, sehingga begitu banyak kurma yang engkau habiskan," kata Sayyidina Ali, sambil melihat tumpukan biji kurma di depan Baginda Nabi ﷺ. 
Mendengar keisengan ini, Nabi pun tersenyum. Dengan cerdas, beliau membalas keisengan tersebut.
"Bukannya kau yang justru terlalu lapar wahai Ali. Lihat di depanmu, tak hanya kurmanya yang engkau makan, tetapi juga sekaligus biji-bijinya"

اللهم صل على سيدنا محمد وعلى آله وصحبه وسلم

PESAN BERHARGA UNTUKMU

Oleh : Al-Ustadz Sumitra Nurjaya S.Pd,i  (Pimpinan Majelis Taklim Al-Kamal Medan & Pondok Pesantren Miftahussuruur Medan) Diantara pesan...