Monday, October 28, 2019

JAGA ADAB DENGAN MAKHLUK ALLAH

Oleh: Al Fadhil Al ustadz Sumitra Nurjaya
_____________________

Pelajaran Penting Buat Wanita.
Jagalah Kebersihan selalu di manapun.
Ternyata orng yg kesurupan tadi seorang wanita (mahasiswi). 
Pengakuan Jin yg merasuki tubuhnya di sebabkan Jin tersebut merasa tersinggung. 
Karena si Wanita membuang bekas Pembal** nya sembarangan, yaitu dengan melempar Pembal*** tersebut ke sebuah pohon tepat di belakang rumah si korban tanpa pembungkus (Plastik). 
Ternyata Jin tersebut menghuni pohon itu. 
Walhasil jin itu marah dan merasuki si wanita. 
Beberapa orng ustadz sempat di mintai tolong namun jin itu tidak juga mau pergi. 
Walhamdulillah
Bi idznillah setelah negosiasi dengan jin itu dan meminta maaf, akhirnya jin itu mau pergi dan berjanji tidak akan menyakiti lagi si korban.
setelah si korban sadar, alfaqir ditemani abg dan ayah si korban beranjak menuju pohon yang di maksud oleh si jin. 
dan Benar saja kami menemukan pembal** yang di ceritakan si Jin tersebut. 

Niat hati ingin memfoto barbut sebagai ibroh.
tp alfaqir mengurung niat tersebut karena menurut alfaqir sangat tidak etis sekali...

semoga bisa jd pelajaran untk kaum wanita di manapun berada

SIKAP IMAM AS-SYAFI’I MENGHADAPI ORANG BODOH

Imam Syafi’i adalah seorang Ulama besar yang banyak melakukan dialog dan pandai dalam berdebat dalam permas’alahan agama.

Sampai-sampai Harun bin Sa’id berkata : “Seandainya Syafi’i berdebat untuk mempertahankan pendapat bahwa tiang yang pada aslinya terbuat dari besi adalah terbuat dari kayu niscaya dia akan menang, karena kepandainnya dalam berdebat”. (Manaqib Aimmah Arbaah hlm. 109 oleh Ibnu Abdil Hadi).

Imam Syafi’i adalah seorang Ulama pembela sunnah, sehingga tentu saja pada waktu itu banyak orang sesat yang memusuhinya, karena cela’an Imam Syafi’i terhadap kesesatan mereka.

Berikut perkata’an Imam Syafi’i terhadap mereka.

Imam Syafi’i berkata :

يُخَاطِبُنِي السَّفِيْهُ بِكُلِّ قُبْحٍ

Orang jahil berbicara kepadaku dengan segenap kejelekan

فَأَكْرَهُ أَنْ أَكُوْنَ لَهُ مُجِيْبًا

Akupun enggan untuk menjawabnya

يَزِيْدُ سَفَاهَةً فَأَزِيْدُ حُلْمًا

Dia semakin bertambah kejahilan dan aku semakin bertambah kesabaran

كَعُوْدٍ زَادَهُ الْإِحْرَاقُ طِيْبًا

Seperti gaharu dibakar, akan semakin menebar kewangian.

(Diwân Imam Asy-Syâfi’iy).

– Imam Syafi’i rahimahullah berkata : “Orang pandir mencercaku dengan kata-kata jelek. Maka aku tidak ingin untuk menjawabnya. Dia bertambah pandir dan aku bertambah lembut, seperti kayu wangi yang dibakar malah menambah wangi”. (Diwan Asy-Syafi’i, hal. 156).

– Imam Syafi’i juga berkata : ”Berkatalah sekehendakmu untuk menghina kehormatanku, diamku dari orang hina adalah suatu jawaban. Bukanlah artinya aku tidak mempunyai jawaban, tetapi tidak pantas bagi singa meladeni anjing”.

• Imam Syafi’i tidak mau berdebat dengan orang bodoh

Walaupun Imam Syafi’i dikenal sebagai ahli debat, tapi Imam Syafi’i tidak mau apabila harus berdebat dengan orang-orang bodoh.

Imam Syafi’i berkata :

ﺍﺫَﺍ ﻧﻄَﻖَ ﺍﻟﺴَّﻔِﻴْﻪُ ﻭَﺗُﺠِﻴْﺒُﻬُﻔَﺦٌﺮْﻳَ ﻣِﻦْ ﺍِﺟَﺎﺑَﺘِﻪِ ﺍﻟﺴُّﻜُﻮْﺕُ

Apabila orang bodoh mengajak berdebat denganmu, maka sikap yang terbaik adalah diam, tidak menanggapi

ﻓﺎِﻥْ ﻛَﻠِﻤَﺘَﻪُ ﻓَﺮَّﺟْﺖَ ﻋَﻨْﻬُﻮَﺍِﻥْ ﺧَﻠَّﻴْﺘُﻪُ ﻛَﻤَﺪًﺍ ﻳﻤُﻮْﺕُ

Apabila kamu melayani, maka kamu akan susah sendiri. Dan bila kamu berteman dengannya, maka ia akan selalu menyakiti hati

ﻗﺎﻟُﻮْﺍ ﺳﻜَﺖَّ ﻭَﻗَﺪْ ﺧُﻮْﺻِﻤَﺖْ ﻗُﻠْﺖُ ﻟَﻬُﻤْﺎِﻥَّ ﺍﻟْﺠَﻮَﺍﺏَ ﻟِﺒَﺎﺏِ ﺍﻟﺸَّﺮِ ﻣِﻔْﺘَﺎﺡُ

Apabila ada orang bertanya kepadaku, jika ditantang oleh musuh, apakah engkau diam ??

Jawabku kepadanya : Sesungguhnya untuk menangkal pintu-pintu kejahatan itu ada kuncinya

ﻭﺍﻟﺼﻤْﺖُ ﻋَﻦْ ﺟَﺎﻫِﻞٍ ﺃَﻭْ ﺃَﺣْﻤَﻖٍ ﺷَﺮَﻓٌﻮَﻓِﻴْﻪِ ﺃَﻳْﻀًﺎ ﻟﺼﻮْﻥِ ﺍﻟْﻌِﺮْﺽِ ﺍِﺻْﻠَﺎﺡُ

Sikap diam terhadap orang bodoh adalah suatu kemulia’an. Begitu pula diam untuk menjaga kehormatan adalah suatu kebaikan.

Lalu Imam Syafi’i berkata :

ﻭﺍﻟﻜﻠﺐُ ﻳُﺨْﺴَﻰ ﻟﻌﻤْﺮِﻯْ ﻭَﻫُﻮَ ﻧَﺒَّﺎﺡُ

Apakah kamu tidak melihat bahwa seekor singa itu ditakuti lantaran ia pendiam ?? Sedangkan seekor anjing dibuat permainan karena ia suka menggonggong ??

(Diwan As-Syafi’i, karya Yusuf Asy-Syekh Muhammad Al-Baqa’i).

• Sulitnya berdebat dengan orang bodoh menurut Imam Syafi’i.

Imam Syafi’i berkata :

“Aku mampu berhujah dengan 10 orang yang berilmu, tapi aku pasti kalah dengan seorang yang jahil, karena orang yang jahil itu tidak pernah faham landasan ilmu”.

• Imam Syafi’i berdebat bukan untuk mencari kemenangan.

Imam Syafi’i berkata :

مَا نَاظَرْتُ أَحَدًا قَطُّ عَلَى الْغَلَبَةِ

“Aku tidak pernah berdebat untuk mencari kemenangan”. (Tawali Ta’sis hlm.113 oleh Ibnu Hajar).

با رك الله فيكم

OBJEKTIF BERFIKIR ILMIYAH

*Oleh* : al-Ustdz Sumitra Nurjaya S.Pd.i
(Pimpinan Ponpes Salafiyah Miftahussur & Majlis Ta'lim al-Kamal Medan)

*Berfikir ilmiah* adalah berfikir _logis_ dan _empiris_. _Logis_ adalah masuk akal, dan  _empiris_ adalah dibahas secara mendalam berdasarkan *fakta* yang dapat dipertanggung jawabkan, selain itu  menggunakan akal budi untuk mempertimbangkan, memutuskan, dan mengembangkan.

Oleh sebab itu *Objektif*- lah dalam menilai sesuatu.
Misalnya ketika anda mendengar seorang tokoh di katakan liberal atau apalah namanya.
Hendaknya anda harus membaca karya - karyanya secara langsung untuk membuktikan penyimpangan yg di tuduhkan orang lain terhadapnya.
Kalau hanya mendengar dari orang lain tanpa terjun langsung kepada karya - karyanya, maka anda termasuk orang yg tidak objrktif dalam menilai sesuatu. 

Demikianlah halnya bila anda mendengar "kabar/berita" tentang seseorang dari orang lain, khususnya "kabar/berita" negatif tentang orang tersebut, maka anda jangan langsung percaya "kabar/berita" tersebut sebelum anda menyaksikannya sendiri atau bertanya langsung kepada orang yang bersangkutan.

Jadilah Orang Pintar yang Bijak yg melihat sesuatu secara objektif dan sistematis.

_Salam Akal Sehat_ 😊

Thursday, October 24, 2019

BERISLAM & BERNEGARA, JANGAN CEPAT MARAH

Oleh : Al-Ustadz Sumitra Nurjaya (Pimpinan Pondok Pesantren Salafiyyah Miftahussurur & Majlis Ta'lim al-Kamal Medan)

Di Indonesia terdapat berbagai macam Agama, di antaranya :
1. Islam
2. Katolik
3. Protestan
4. Hindu &
5. Budha

Semua Agama tersebut adalah *sama* dimata negara dan hukum. Jangan suka mencari perbedaan antar Agama, tapi berusahalah mencari *Persamaan* dari setiap Agama.
Ketika mendengar atau membaca pernyataan tersebut jangan cepat - cepat *marah* dan *panik*.
Apalagi secara spontan menuduh Kafir atau Munafiq orang yang membuat pernyataan seperti itu.

Karena, *Persamaan* disini sifatnya relatif, yang masih memungkinkan Islam dibedakan secara katagoris dari segi sudut pandang *teologis*.

Bagaimanapun, hal itu sebagai sesuatu yang relatif yang masih memungkinkan Islam dibedakan secara teologis. Karena memang ada perbedaan esensial antara semua Agama di Dunia ini.

Catatan :
_Jika ada yang mengatakan *Semua Agama adalah sama* dengan maksud *sama* secara teologis, hal itu tidak dapat dibenarkan sama sekali. Karena secara normatif hal tersebut telah mencederai serta melanggar rambu - rambu Aqidah. Bahkan, konsekuensi bagi pelakunya dapat di hukumi *Murtad*. 

لكم دينكم ولي دين 

Terlepas dari  Pro Kontra, Apakah terdapat unsur Politik atau tidak, pengalihan istilah *KAFIR* menjadi *NONMUSLIM* dalam bingkai kenegaraan dan hukum dapat dibenarkan.

_Shollu 'Alan Nabiy_

Monday, October 21, 2019

DAWUH AL-FADHIL AL-USTADZ HAFIZ YAZID

_Iman itu adalah pilihan Allah, itu artinya yang menetapkan atau mentakdirkan kita sebagai orang beriman adalah Allah, oleh sebab itu banyak - banyaklah bersyukur kepada Allah karena kita ditetapkanNya sebagai golongan orang - orang yang beriman. Iman itu ibarat akar pada sebuah pohon, bayangkan saja bagaimana sebuah pohon bila tanpa akar? Tujuan iman, sebagaimana ungkapan ulama Sufi adalah *Ilahi Anta Maqsudi Waridhoka Mathlubi* (Tuhanku engkaulah tujuanku dan ridhoMu yg aku tuntut). Jika Allah sudah meridhoi seorang hamba, maka Allah akan masukkan orang tersebut ke dalam surga. Dan sebenarnya yang ditakuti bukanlah neraka-Nya, tapi murka-Nya. Lihat saja, ada malaikat di dalam neraka, tapi mereka merasa senang_. 

(Alm. Al-Fadhil al-Ustadz H. Ok Mas'ud, di sampaikan pada penutupan _Majlis Ta'lim al-Ittihad_ menjelang Ramadhan).

SIKAP NABI SAW KETIKA MENGHADAPI HINAAN

“Ya Nabi, Panjenengan dari tadi duduk bersamaku. Mengapa sewaktu ada orang yang menghinaku Nabi hanya diam. Tapi mengapa kok ya malah beranjak pergi di saat aku membalas hinaannya? Apakah aku salah bersikap begitu?” tanya Abu Bakar.

Rasulullah menatap Abu Bakar dan berkata. “Jadi begini. Tadi ketika Panjenengan diam saat dihina, ada malaikat duduk di sampingmu. Malaikat itu membalas hinaan orang itu. Namun di saat kamu membalas caciannya, malaikat pergi dan setan duduk di sampingmu dan menggodamu. Nah aku tak ingin duduk di samping setan. Oleh karenanya aku pergi.”

Thursday, October 10, 2019

KISAH SEORANG ALIM YANG TERHAPUS AMALNYA KARENA MENGUSIR AHLI MAKSIAT

Syeikh Zainuddin bin Abdul Aziz Al-Malibari pengarang kitab Fathul Mu'in bercerita bahwa di zaman seorang Nabi terdahulu, ada seorang yang ahli maksiat yang amat durhaka dan tidak pernah beribadah. Satu hari timbul kesadaran dalam dirinya ingin bertaubat. Ia pun mendatangi majelisnya seorang alim guna mengambil manfaat darinya.

Namun orang alim tadi merasa tidak suka bila si ahli maksiat tersebut ada di majelisnya. Ia pun mengusirnya, dan si ahli maksiat pergi dengan perasaan sedih. Tak lama setelah itu, turunlah Malaikat Jibril menyampaikan wahyu kepada Nabi di wilayah tersebut.

Jibril berkata; Wahai Nabiyullah, sesungguhnya Alloh telah mengampuni si ahli maksiat sekaligus menghapus semua amal si alim. Ketahuilah bahwa Alloh lebih dekat kepada ahli maksiat yang rendah diri dibanding kepada orang alim yang sombong.

📚 Sumber ::
Kitab Irsyadul Ibad.

اللهم صلى على سيدنا محمد وعلى آل سيدنا محمد،،،

TATACARA HENDAK SUJUD

Disunnahkan ketika hendak sujud mendahulukan kedua lututnya dari pada kedua telapak tangannya.

Jadi yg _Sunnah_ - nya adalah lutut dulu, baru telapak tangan.
Bukan _telapak_ tangan dulu baru lutut.
Sebagaimana di amalkan oleh mayoritas *Wahabi*.

Bahkan sesepuhnya *Wahabi* yaitu asy-Syaikh Ibnul Qoyyim al-Jauziyah (Murid Ibnu Taimiyah) mengatakan bahwa yg sunnah turun terlebih dahulu ketika hendak sujud adalah kedua lutut, kemudian kedua telapak tangan. Adapun riwayat yg mengatakan kedua telapak tangan terlebih dahulu dari pada lutut adalah sebuah hadits yg terjadi kesalahan periwayatannya oleh salah seorang perowinya.

*Rujukan* :
Kitab Ibanatul Ahkam Syarh Bulughul Marom.

Tuesday, October 8, 2019

LARANGAN MENWFSIRKAN DENGAN LOGIKA SENDIRI

NGAJI SANTUY...

Jangan Menafsirkan al-Qur'an & Hadits sekarepe dewe (semaunya sendiri)

Di dalam hadits disebutkan :

وَمَنْ قَالَ فِى الْقُرْآنِ بِرَأْيِهِ فَلْيَتَبَوَّأْ مَقْعَدَهُ مِنَ النَّارِ

“Barangsiapa berkata tentang Al Qur’an dengan logikanya (semata), maka silakan ia mengambil tempat duduknya di neraka” (HR. Tirmidzi no. 2951. Tirmidzi mengatakan bahwa hadits ini hasan).

CARA BERTAUBAT DARI PERBUATAN ZINA DENGAN ISTRI ORANG

*Pertanyaan* :
Assalamu'alaikum. Urgent, ada pertanyaan titipan : Seorang suami yang berzina dengan istri orang, dalam bertaubat apakah cukup bertaubat kepada Allah tanpa minta maaf kepada suami dari wanita yang dizinahinya? Sebab ada yang berpendapat dia wajib minta maaf kepada suami wanita yang dizinahinya. Mohon jawaban yang bisa menenangkan hati sebab kalau harus minta maaf kepada suami wanita itu, bisa-bisa nyawa taruhannya. Dan apakah dia juga harus minta maaf kepada istrinya sebagai syarat taubat nashuha ?

*JAWABAN* :
Wa'alaikumussalaam. Mengenai zina ulama' berbeda pendapat : Zina termasuk _haqqul adam_. Kalau berpatokan pada pendapat ini taubat dari zina harus minta ma'af pada suaminya bila wanita yang di zina bersuami dan atau minta ma'af pada kerabatnya bila dia tidak bersuami, disyaratkan minta ma'af pada suaminya wanita yang di zina tsb bila tidak khawatir timbul fitnah (seperti nyawanya terancam) bila khawatir timbul fitnah maka tidak harus minta ma'af cukup tadlorru'/merendahkan diri pada ALLAH agar suaminya merelakan pelaku zina tsb.
Pendapat Kedua zina bukan termasuk _haqqul adami_ jadi tidak harus istihlal / minta ma'af. Wallaahu A'lam.

*Rujukan* :
- I'anah Juz 4  .

REFRESHING BAGI ORANG YANG BERIMAN

Dalam kitab Ihya' Ulumiddin,
Al-Imam Al-ghazali mengutip perkataan Sayyudina Ali bin Abi Thalib:

‎ﺭﻭﺣﻮا اﻟﻘﻠﻮﺏ ﺳﺎﻋﺔ ﻓﺈﻧﻬﺎ ﺇﺫا ﺃﻛﺮﻫﺖ ﻋميت

Segarkan,hiburlah hatimu sesaat,
sebab jika ia dipaksa tanpa henti,
justru ia akan tertutupi".

Maka refreshing itu penting juga agar kepenatan kita karena kesibukan sehari-hari bisa hilang sesaat dan jiwa kita akan terasa segar dan bersemangat kembali.

Salah satu cara Refreshing adalah jalan-jalan atau bepergian apa lagi berpergian untuk mencari ilmu dan berjumpa dengan alim ulama.

Namun jalan-jalannya seorang mukmin bukan untuk sia-sia,
tapi ia akan memperhatikan dan mengambil pelajaran dari apa yg ia lihat,
ALLAH-pun menganjurkan kita akan hal ini dengan firmanNYA:

‎قُلْ سِيرُوا فِي الْأَرْضِ ثُمَّ انْظُرُوا

"Katakanlah:Berjalanlah di muka bumi, kemudian perhatikanlah"

Monday, October 7, 2019

MENYERUPAKAN ALLAH DENGAN MAKHLUK

Barangsiapa yg mensifati Allah dengan sifat makhluk, seperti Allah *Bersemayam*, Allah punya *Tangan, kaki, wajah dll* maka adalah ia seorang *musyrik* _(menyekutukan Allah)_

Ini baru *Aqidahnya Ulama Salaf*.
Bukan yg ngaku - ngaku sebagai pengikut *Salaf*, tp aqidahnya menyimpang jauh bahkan cenderung _Sesat_ dari al-Qur'an & Sunnah.

Dari _ibarat_ kitab yg di beri tanda. Ketika menafsirkan kalimat *استوى* pada ayat الرحمن على العرش استوى ulama salaf mengatakan :
_"Kami mengimani kalimat استوى dalam ayat ini, bagaimana makna استوى itu hanya Allah yg Maha mengetahui"_.
Ini yg kita kenal dengan istilah _tafwidh_, jelasnya adalah _tafwidh ma'attanzih_.

Jadi, tidak ada satu Ulama Salaf-pun yg menafsirkan kalimat استوى dengan makna _bersemayam_.

Kalau ada yg menafsirkan kalimat استوى dengan makna _bersemayam_, mereka bukanlah pengikut _Salaf_, bahkan aqidah _Allah bersemayam di Atas Arsy_ adalah aqidah yang menyimpang dari Al-Qur'an & Sunnah.

*Rujukan* :
_Kitab Manhajus Salaf Fi Fahmin-Nushush_ Karya al-'Allamah al-Muhaddits Prof.Dr. Abuya as-Sayyid Muhammad bin 'Alawi al-Maliki al-Hasani.

NASEHAT K.H MAIMOEN ZUBAIR

_Orang Munafiq itu walaupun hakikatnya kafir, tetapi masih termasuk barisan orang Islam dan mereka memperlihatkan ke Islamannya. Karena itu, kalau dimusuhi, sama saja kamu bermusuhan dengan sesama Muslim_.

Oleh sebab itu, jangan sembarangan menuduh orang lain sebagai orang munafiq. Apa lg hanya karena sebab berbeda pandangan politik. Menuduh lawan politik atau orang yang berbeda pilihan dengan tuduhan *munafiq* adalah sebuah keniscayaan yang sangat tergesah - gesah.

Saturday, October 5, 2019

KEPEDULIAN SEORANG GURU

Menasehati Orang Yang Sedang Jatuh Cinta
Seperti Mengukir Di Atas Air
Cinta membutakan mata dan membuat telinga tuli. Akibat cinta keburukan akan tampak sebagai kebaikan dan sebaliknya, kebaikan akan tampak sebagai keburukan.
Hal ini selaras dengan Sabda Baginda Nabi Muhammad saw :

حبك الشيء يعمي ويصم

*Artinya* : _Cintamu  terhadap sesuatu membutakan mata dan membuat tuli telinga_.

Yaitu membutakan mata terhadap petunjuk dan membuat telinga tuli dari nasehat - nasehat yg baik.

Solusi bagi orang yg sedang di mabuk cinta, mintalah selalu nasihat dan pendapat dari orang - orang sholih, dari guru - guru kita.
Agar kita tidak salah langkah.
Terlebih lagi kalau guru sudah memberi nasihat dan mewanti - wanti agar engkau tidak meneruskan hubungan itu, maka dengarkanlah dan patuhilah.
Sebelum penyesalan mendalam menghampirimu.

Ketika guru menasehati, pertanda guru itu perduli dan perhatian akan dirimu.
Maka dengarkan nasihatnya dengan HATI.

SUNNAH MENGANGKAT JARI TELUNJUK

Disunnahkan menaikkan (meluruskan) jari telunjuk pada saat lafazh illallah إلاالله ketika tasyahhud.
Makruh menggerak - gerakkan jari telunjuk tersebut ketika tasyahhud.
Sunnahnya adalah lurus saja tanpa di gerak - gerakkan.


Kapan Jari telunjuk tersebut di turunkan?


Jawab : Jari telunjuk tersebut sunnah di turunkan setelah selesai salam. Bukan sebelum salam.


Ketereangan :
1. Kitab Minhajuttholibin
2. Nihayatuzzain
3. Sabilal Muhtadin


DAWUH DAN PESAN

Pesan Pengasuh Pondok Pesantren Lirboyo, Almaghfurlah KH. A. Idris Marzuqi
Bin KH. Marzuqi Dahlan :


“Santri Lirboyo ampun ngantos nderek ormas sak lintunipun jam’iyyah NU”.


(Santri Lirboyo jangan sampai mengikuti ormas selain jam’iyyah NU).


Pesan Kyai Idris di atas, menurut penuturan Agus Adibussholeh Anwar Lirboyo.
Awal mulanya dulu ada beberapa habib yang sowan kepada KH. Idris Marzuqi mengusulkan agar Lirboyo mengundang salah seorang habib yang terkesan keras. Akhirnya KH. Idris mengutus Agus Zainal Abidin untuk meminta pertimbangan kepada Habib Mundzir al-Musawa. Dan ternyata Habib Mundzir sangat tidak rela kalau Pondok Lirboyo kedatangan habib itu, serta berharap Pondok Lirboyo konsisten seperti ini, berdakwah dengan hikmah dan mau’idzah al-hasanah. Karena mengingat latar belakang santri dan wali santri yang bermacam-macam. Dan seminggu setelahnya, Habib Mundzir wafat.


Maka ini merupakan wasiat dari Habib Mundzir yang sejalan dengan metode dakwah Pondok Lirboyo yang diwariskan oleh pendiri (KH. Abdul Karim). Dan saya yakin semua pondok dan majelis ta’lim punya metode dakwah masing-masing.


Bukankah para sahabat Nabi Saw. juga berbeda-beda dalam berdakwah, ada yang halus ada yang keras. Meskipun begitu, diantara beliau tidak ada yang saling menghujat dan tidak ada yang memaksakan metode dakwahnya agar diikuti yang lainnya. Nabi Saw. bersabda:


أصحابي كالنجوم بأيهم اقتديتم اهتديتم


“Sahabat-sahabatku bagaikan bintang, kepada siapa saja kalian ikut, kalian akan mendapat petunjuk.”


Berdakwahlah tanpa menghujat dan memaksakan kehendak.
Kita hanya berikhtiar, Allah lah yang akan memberi hidayah serta taufiq kepada kita semua. Aamiin Allahumma aamin.


HUKUM MERAYAKAN ULANG TAHUN

Bagi Para Pembaca Tolong di Baca Baik - baik, bila perlu baca berulang kali sampai anda benar - benar faham.


Ini pembahasannya 👇
Rasulullah saw senantiasa berpuasa pada hari senin, sebab pada hari tersebut Rasulullah saw di lahirkan, sebagaimana di sebutkan dalam hadits shohih riwayat Imam Muslim :


ذاك يوم ولدت فيه


(Itu adalah hari di mana aku di lahirkan).


Dari hadits tersebut di fahami bahwa Rasulullah saw memperingati miladnya (hari kelahirannya) dengan cara "berpuasa".


Memberi kesimpulan bahwa seseorang boleh memperingati hari kelahirannya (Ulang tahun) dengan cara yang "Mubah" apapun bentuknya, seperti potong kue misalnya. Apa lagi di isi dengan hal - hal yg mendatangkan keridhoaan Allah swt.


Misalnya : Di saat memperingari milad (ulang tahun)-nya, ia menyantuni anak yatim, janda , fakir dan miskin sebagai bentuk syukur kepada Allah atas umur yg panjang tersebut. 
Tentu hal ini sangat - sangat di syariatkan bukan?


Ittiba' (mencontoh) baginda Nabi saw.


Oleh sebab itu, Sesungguhnya hukum memperingati ulang tahun itu bergantung kepada tata cara dan bentuk peringatan tersebut, yaitu bagaimanakah cara kita memperingati ulang tahun tersebut? 
Karena hal itu merupakan _Masail Ijtihadiyyah_ (Masalah Ijtihadiyah).


Artinya apa? 
Artinya adalah bahwa memperingati hari kelahiran (milad/ulang tahun) tidak muthlaq haram, bahkan hukum asalnya adalah mubah (boleh).


Bukankah dalam qoidah di sebutkan :


ﺍَﻷَﺻْﻞُ ﻓِﻰ ﺍْﻷَﺷْﻴَﺎﺀِ ﺍْﻹِ ﺑَﺎ ﺣَﺔ ﺣَﺘَّﻰ ﻳَﺪُ ﻝَّ ﺍْﻟﺪَّﻟِﻴْﻞُ ﻋَﻠَﻰ ﺍﻟﺘَّﺤْﺮِﻳْﻢِ


_"Hukum asal dari sesuatu adalah mubah sampai ada dalil yang melarangnya (memakruhkannya atau mengharamkannya)"_
*(Imam As Suyuthi, dalam al Asyba' wan Nadhoir: 43)*.


Tidak di temukan satu dalil pun yg secara _shorih_ (jelas) menyebutkan bahwa ulang tahun/milad hukumnya haram.


Memperingati hari lahir (milad/ulang tahun) bisa jatuh kepada haram jikalau di isi dengan perbuatan - perbuatan munkar. Misalnya mabuk - mabukan atau perkara munkar lainnya.
Haram dalam konteks ini pun tidak muthlaq. Tapi tergolong liaridhi (haram yg sifatnya mendatang).


Jadi, jangan berlebih - lebihan atau bisa di katakan ceroboh dan tidak hati - hati yaitu orang yg mengatakan "memperingati ulang tahun (milad) hukumnya haram bahkan sampai mengatakan kafir (musyrik)" dan bahkan sampai menyerupakan orang yg memperingati ulang tahun seperti orang kafir, hanya karena satu hadits saja yg sebenarnya hadits tersebut pun statusnya masih diperdebatkan oleh para Ulama.
Hadits yang dimaksud berbunyi "Man tasyabbaha bi qoumin fahuwa minhum".


Silahkan saja kalau anda tidak setuju atau bahkan tidak suka memperingati hari lahir (milad/ulang tahun) , tp jangan gegabah menuduh orang yg merayakannya dengan tuduhan kafir, atau menyamakannya dengan orang kafir. Sebab hal ini merupakan masail ijtihadiyyah yg memberikan celah di dalamnya terdapat khilafiyyah.


Coba amati ibarat kitab yg ada di foto, agar tidak gagal faham.


Kitab yg di susun oleh seorang Ulama Keturunan Rasulullah saw. Seorang Muhaddits (Pakar hadits) yg sempat menjadi Guru dari para guru Ulama Hadits di seluruh dunia.
Yaitu _al-'Allamah al-Muhaddits Prof. Dr. Abuya As-Sayyid Muhammad bin 'Alawi al- Maliki al - Hasani_.


ORANG YANG LAYAK DI JADIKAN TEMAN

Disebutkan dalam sebuah syair Arab :


إذا ماالمرء لم يحفظ ثلاثا # فبعه ولو بكف من رماد 
وفاؤ للصديق وبذل مال # وكتمان الرائر في الفؤاد


*Artinya* : _Jika Seseorang tidak bisa Memelihara tiga perkara  # Maka juallah dia, meskipun dengan harga segenggam debu#Tiga perkara itu ialah : setia kawan, mengorbankan harta, dan menyimpan rahasia dalam hati#_.


Jadi, orang yang layak untuk dijadikan teman adalah :
1. Setia kawan, yaitu bersikap baik di hadapanmu dan tidak menceritakan keburukanmu di belakangmu. 
2. Mengorbankan harta, yaitu tidak hitung - hitungan. Membantumu dengan hartanya di kala engkau membutuhkan.
3. Menyimpan rahasia, yaitu menutupi segala hal yang ia ketahui tentang dirimu dan tidak menceritakannya kepada siapapun. Terlebih hal yang sifatnya pribadi atau bahkan aib - aibmu.


Bila seseorang tidak memiliki tiga hal sebagaimana tersebut di atas 👆🏻. Maka orang tersebut tidak layak di jadikan *Teman*, apalai *Teman Hidup* 🤭.
Bahkan dalam syair tersebut dengan tegas menyatakan "Juallah ia walaupun dengan harga segenggam debu". 
Bayangkan!!! Di jual dengan harga segenggam debu. 
Bukankah ini menunjukkan bahwa teman yang tidak memiliki tiga sifat di atas tidak ada harganya sama sekali? 
Oleh sebab itu juga, jika orang - orang enggan bersahabat dengan kita, intropeksi dirilah.
Barangkali salah satu dari ketiga sifat di atas atau bahkan seluruh sifat - sifat tersebut ada pada diri kita.


*(Rangkuman : Kajian Akhlak Kitab Taisirul-Khollaq di Ponpes Miftahussuruur Medan)*.


RANGKUMAN FATHUL QORIB

*RANGKUMAN*
Kajian Fiqih Kitab _Fathul Qorib_ (Ahad Ba'da Ashar 17 Dzulhijjah 1440 H/18 Agustus 2019).
*Bersama* : al-Ustadz Sumitra Nurjaya S.Pd.i
(Pimpinan Majlis Ta'lim al-Kamal & Ponpes Salafiyyah Miftahussurur)


Dalam rangkuman ini dicantumkan pembahasan :
1. Syarat Sholat, baligh.
2. Hukum memukul istri yang meninggalkan shalat.


Tersebut di dalam kitab *Fathul Qorib* :


والثاني البلوغ فلاتجب على صبي وصبية لكن يؤمران بها بعد سبع سنين إن حصل التمييز بها وإلافبعد التمييز ويضربان على تركها بعد كمال عشر سنين .


*Keterangan* :
Syarat shalat yang kedua adalah baligh. Sehingga anak kecil yang belum mencapai usia baligh tidak diwajibkan untuk melaksanakan shalat.


Seorang anak di katakan telah mencapai usia baligh adalah jika perempuan dengan haid dan laki - laki dengan _ihtilam_ (mimpi basah). Namun, jika anak perempuan tersebut tidak kunjung haid dan anak lelaki tersebut juga tidak kunjung _ihtilam_ (mimpi basah). Maka, keduanya dihukumi baligh bila mencapai usia 15 tahun.


Sekalipun anak kecil yang belum mencapai usia baligh tidak wajib melaksanakan shalat. Namun, *wajib* bagi wali anak tersebut untuk memerintahkan anak itu melaksanakan shalat bila usianya telah mencapai 7 tahun. Dan bila sudah mencapai  usia 10 tahun, anak tersebut boleh dipukul bila ia enggan melakukan shalat. Namun dengan pukulan yang mendidik, bukan pukulan yang menyiksa.


Yang di maksud wali dalam konteks ini adalah kedua orang tuanya/kakeknya/pamannya/orang yang mengasuh anak tersebut. Sebagaimana keterangan dalam kitab _Mirqotussu'ud at-Tasdiq Syarh Sullamut Taufiq_ :


والمراد بالولي : كل من أبويه وإن عليا ولو من قبل الأم .


Demikian halnya tersebut di dalam kitab _Hasyiyah al-Bajuri_ :


فيجب الضرب على الولي أبا كان أو جدا أو نحوهما مما مر، وهو ضرب تأديب للتمرين لاضرب عقوبة .


Bagaimana jika istri meninggalkan shalat, bolehkah di pukul?


*Jawab* : Pendapat yang paling kuat adalah bahwa seorang suami tidak boleh memukul istri nya sebab meninggalkan shalat kecuali atas izin walinya


AMAL JARIAH KEPADA SELAIN MASJID

Amal Jariyah itu bukan hanya sebatas di Masjid saja. Tapi membantu (menolong) penuntut ilmu juga termasuk amal Jariyah. 
Penuntut ilmu atau santri, mereka adalah penjaga Agama ini. 
Karena kelak ketika kita menemukan permasalahan, maka merekalah tempat kita bertanya tentang hukum - hukum dari permasalahan tersebut. 
Menolong (membantu) para penuntut ilmu bisa terealisasikan dengan menyalurkan bantuan kita dalam memenuhi sarana dan prasana belajar - mengajar. Seperti membangun (menyediakan) tempat - tempat belajar misalnya. Atau menyalurkan bantuan tersebut melalui pesantren - pesantren atau majlis - majlis ta'lim (ilmu).


Agama ini akan kokoh bila orang yang memiliki harta mampu berkolaborasi dengan orang yg memiliki ilmu. 
Orang yg memiliki harta dengan hartanya tersebut membantu para penuntut ilmu agar mereka fokus dalam menuntut ilmu. 
Sehingga tercipta para penjaga Agama (Ulama) yg mukhlis (ikhlas) dalam memperjuangkan Islam.


Al-Faqir teringat sebuah riwayat yg terdapat dalam kitab Riyadhus Sholihin : " Bahwa Sayyiduna Anas bin Malik r.a berkat : Pada mas  Nabi saw ada dua orang bersaudara. Yg satu suka datang kepada Rasulullah saw untuk belajar Agama Islam (Menuntut ilmu Agama). Dan yg satunya giat bekerja. Kemudian orang yg giat bekerja tersebut mengadu kepada Rasulullah saw tentang keadaan saudaranya itu "Adikku itu asyik ngaji (belajar) saja ya Rasulullah, bukannya bekerja mencari uang". Lantas Nabi saw bersabda : لعلك ترزق به (Barangkali kamupun lancar rezekinya karena sebab saudaramu itu (yg rajin ke Majlis ilmu)". 
Hadits ini dinilai Hasan Shohih oleh al-Imam at-Tirmidzi. Sementara al-Imam an-Nawawi menyebutkan bahwa sanad hadits ini adalah shohih sesuai syarat yang di kemukan oleh al-Imam al-Bukhori.


Tersebut dalam kitab _Mathlaul Badrin_ sebuah riwayat :


"Barangsiapa yg menolong orang berilmu dan penuntut ilmu, walau dengan segels air, ia akan mendapatkan pahala seperti pahala membangun 70 Ka'bah".


Bahwa orang yg menuntut ilmu itu di umpamakan seperti orang yg sedang berjihad di Jalan Allah. Bahkan lebih utama orang yg menuntut ilmu dari pada orang yg berjihad di Jalan Allah. Sebagaimana yg di sebutkan oleh al-Imam Hasan al-Bashri r.a.


Oleh sebab itu, menolong (membantu) penuntut ilmu, sama artinya kita sedang berjuang (berjihad) di jalan Allah. 
Sebagaimana di sebutkan dalam satu hadits :


من جهز غاريا في سبيل الله فقد غزا


Barang siapa yg membantu orang yang berperang di jalan Allah sungguh ia telah berperang (berjihad).


BERBUAT BAIK KEPADA JIRAN TETANGGA

Kita di Ajarkan Oleh Nabi untuk senantiasa berbuat baik kepada jiran tetangga.
Sekalipun jiran itu tdk baik kepada kita.
Urusan kita apa? 
Urusan kita kepada Allah dan Baginda Nabi Muhammad saw.
Yg pnting kita ngejalankan perintah Allah dan Rasulullah.
Jiran tdk baik itu urusan dia.
Yg pnting urusan kita dengan Allah dan Rasulullah saw selesai.


Mengharap syafaatnya Nabi
Maka harus juga mau mencontoh dan menjalankan ajaran yg di bawa oleh Nabi saw .
Di antaranya "Berbuat baik kepada jiran tetangga, sama dia dia baik ataupun tdk kepada kita".


JANGAN PERNAH PUTUS ASA

Dawuh KH. Zamzami Mahrus Lirboyo Kediri


“Di dalam Pondok Pesantren yang kita cari tidak lain adalah ilmu dan barokah. Keduanya bisa kita dapatkan dengan melakukan empat hal.


Pertama,bersunggung-sunggung. Mempeng. Karena mempeng itu penting sekali. Adakala santri memang susah dalam memahami dan menghafal. Jika seperti itu, seharusnya tidak lantas membuat kita putus asa. Semangat dalam mencari ilmu meski dengan susah payah. Mbah Abdul Karim dulu ketika mondok rekoso (kesulitan; red) luar biasa, itu sebabnya ilmu beliau barokah.


Kedua menghormati guru, sebagai murid kita dituntut untuk menghormati guru. Salah satunya adalah dengan selalu husnudzon kepada guru. Ketika guru melakukan kesalahan, tetap harus husnudzon. Karena kesalahan adalah manusiawi.


Ketiga, memuliakan orang tua, berbicaralah kepadanya dengan baik dan santun. Bantu mereka ketika kita di rumah. Ke empat, tidak lupa mendoakan tiga hal diatas. Karena setelah kita ikhtiar, kita juga harus berdoa.


Ada empat hal lagi yang bisa menjadikan budak seperti sayid.


Pertama, ilmu. Karena orang yang mempunyai ilmu dan tidak jelas berbeda bobotnya. Kedua, amanah. Ketika kita diberi tanggungjawab kita melaksanakannya semaksimal mungkin. Salah satunya adalah tanggungjawab musyawarah.


Ketiga, jujur. Kejujuran adalah kunci dari derajat seseorang. Seperti dalam sebuah hadits;


إِنَّ الصِّدْقَ يَهْدِي إِلَى البِرِّ، وَإِنَّ البِرَّ يَهْدِي إِلَى الجَنَّةِ، وَإِنَّ الرَّجُلَ لَيَصْدُقُ حَتَّى يَكُونَ صِدِّيقًا. وَإِنَّ الكَذِبَ يَهْدِي إِلَى الفُجُورِ، وَإِنَّ الفُجُورَ يَهْدِي إِلَى النَّارِ، وَإِنَّ الرَّجُلَ لَيَكْذِبُ حَتَّى يُكْتَبَ عِنْدَ اللَّهِ كَذَّابًا


“Sesungguhnya kejujuran akan menujukan kepada kebaikan, dan kebaikan itu akan menghantarkan menuju syurga. Seseorang yang jujur akan dicatat oleh Allah sebagai orang yang jujur. sesungguhnya kebohongan menujukan kepada kelaliman, dam kelaliman itu akan membawa ke neraka. Seseorang yang terus menerus berbuat bohong akan dicatat oleh Allah sebagai seorang pembohong.” (HR. Bukhari – Muslim)


ke empat, adalah Akhlaqul Karimah. karena percuma ketika kita memiliki banyak ilmu namun kita tidak mempunyai etika. empat hal ini harus saling melengkapi jika ingin derajat yang luhur, entah itu di sisi Allah atau manusia.


Jangan lupa pula untuk menjalankan sholat berjamaah. Karena sholat jamaah sebagian dari asbabul futuh seseorang.


*Disampaikan dalam acara Pembukaan Aktivitas Lajnah Bahtsul Masail Pondok Pesantren Lirboyo Kota Kediri*.


PERBEDAAN LAKI DAN PEREMPUAN DALAM OLAHRAGA

*WANITA KOK MEMANAH?*
------------------------------------------------


Rasulullah saw memerintahkan kepada kita untuk berolah raga.
Sebab dengan olah raga menjadikan tubuh kita sehat dan kuat.
Rasulullah saw bersabda :


علموا أولادكم السباحة والرمى بالسهام والمرأة المغزل


*Artinya* : _Ajarkanlah anak - anak kalian berenang, memanah dengan anak panah dan ajarkanlah wanita menenun_.


Poin penting yg ingin saya sampaikan adalah kalimat  والمرأة المغزل (ajarkan wanita menenun) pada hadits di atas. 
Sebab saat ini telah terjadi pergeseran makna bahwa di temukan wanita - wanita zaman sekarang malah bangga memposting foto dirinya sedang memanah. 
Padahal kodratnya seorang wanita adalah menenun (menjahit), bukan memanah. 
Hal ini dapat dibuktikan dengan komentar As-Sayyidul Hijaz asy-Syaikh Muhammad Nawawi Ibnu Umar al-Bantani al-Jawy dalam kitab beliau _Tanqihul Qoul al-Hatsits_ :


وذلك لأن الغزل لائق بالمرأة


*Artinya* : _Hal itu karena sesungguhnya menenun (menjahit) itu adalah hal yang cocok (layak) bagi wanita_. (Tanqihul Qoul, hal : 118).


Juga ditegaskan dalam riwayat lain, bahwa Nabi saw bersabda :


ونعم لهو المؤمنة في بيتها الغزل


*Artinya* : _Dan sebaik - baik permainan wanita beriman adalah di rumahnya yaitu menenun (menjahit)_.


Jadi kalau ada wanita ikut memanah, berarti keluar dari kodratnya sebagai seorang wanita.


*Kediri (Lirboyo), 3 September 2019*


LARANGAN MENYAMAI CINCIN RASULULLAH SAW

*Indahnya Akhlak Nabi saw*
Nabi saw adalah teladan hidup
(Bag 1).

Pada saat ini cincin bertuliskan (berlafazkan) محمد رسول الله sebagaimana deskripsi dalam foto banyak sekali digemari (digandrungi) oleh umat Islam, bilkhusus para kaula muda.


Cincin bertuliskan (berlafazkan) محمد رسول الله adalah cincin sebagaimana cincin yg dikenakan oleh Rasulullah saw. Secara sepintas menggunakan cincin dengan lafaz محمد رسول الله   bernilai positif, sebab mencontoh Nabi saw.


Namun ternyata dalam hal ini terdapat larangan menyamai cincin Rasulullah saw. Disebutkan dalam hadits Riwayat al-Imam Bukhori bahwa Anas bin Malik r.a bercerita :


أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ اتَّخَذَ خَاتَمًا مِنْ فِضَّةٍ، وَنَقَشَ فِيهِ: مُحَمَّدٌ رَسُولُ اللَّهِ، وَقَالَ: «إِنِّي اتَّخَذْتُ خَاتَمًا مِنْ وَرِقٍ، وَنَقَشْتُ فِيهِ مُحَمَّدٌ رَسُولُ اللَّهِ، فَلاَ يَنْقُشَنَّ أَحَدٌ عَلَى نَقْشِهِ»
*Artinya* : _Bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam membuat cincin dari perak, dan diukir: Muhammad Rasulullah. Kemduian Beliau bersabda, “Sesungguhnya aku membuat cincin dari perak, dan aku ukir Muhammad Rasulullah. *Karena itu, jangan ada seorangpun yang mengukir dengan tulisan seperti ini.”*_ (HR. Bukhari 5877).


Hadits di atas memberikan isyarat larangan untuk membuat cincin dengan ukiran seperti ukiran cincin Rasulullah saw, yaitu ukiran "Muhammad Rasulullah". al-Imam al-Hafidz Ibn Hajar al-Asqolany menjelaskan : _"Karena dalam cincin itu ada tulisan nama beliau, dan status beliau. Beliau membuat demikian sebagai ciri khas beliau, yang membedakan dengan lainnya. Jika yang lain dibolehkan untuk membuat ukiran cincin seperti itu, maka tujuan ini tidak terwujud". (Kitab Fathul Bari, Juz 10, hal 370).


Kesimpulannya bahwa sebaiknya kita tidak menggunakan cincin dengan ukiran tulisan/lafazh محمد رسول الله sebab terdapat larangan akan hal tersebut.


#alFaqirSumitraNurjaya


KALAM ULAMA

*Kalam Ulama, Pembersih Jiwa*
al-Habib Hasan bin Baharun.
(Pendiri Pondok Pesantren Darullughoh wa Da'wah/DALWA)
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~


_Jikalau kita punya rencana, maka jangan sekali - kali mengukur dengan kemampuan kita. Ketahuilah, apabila kita mengukur dengan kemampuan kita. Maka hasilnya pun Allah akan memberikan sesuai dengan kemampuan kita itu. Akan tetapi bila kita mengukur dengan kemampuan Allah, maka kemampuan Nya tiada terbatas, dan yakinlah selama kita berniat memperjuangkan Agama Allah, maka Allah akan menolong kita_.


_Apabila guru yang mengajar tidak ikhlas, maka ia akan menularkan ilmu yang tidak ikhlas pula_.


Alfatihah untuk alm al-Habib Hasan bin Baharun.

KHUTHOBA DI MASA KINI

Untuk Zaman KEKINIAN
Nampaknya istilah Khutoba lebih cocok bila di kaitkan dengan orang yg "Pidato/Ceramah tp isinya cuma misu - misu (caci maki), tp tidak memiliki basic kitab". 
dan istilah Fuqoha lebih cocok bila di kaitan dengan orng yg "Memiliki basic kitab, bukan berarti orng yg belajar kitab di anggap FUQOHA, Tp setidaknya mereka mewarisi ilmunya Fuqoha".


Dan terjadi di zaman ini
Khutoba dengan konteks di atas ☝lbh di minati dan di gandrungi ketimbang orang yg mewarisi ilmunya Fuqoha.


Sampai dsini semoga faham ya.


Pendekatan seperti inilah yg coba saya sampaikan mengenai makna hadits ini 👇🏻
dan ini pernah saya dengar dari poro yai...


Rasulullah saw bersabda :


وسيأتي على الناس زمان قليل فقهاؤه كثير خطباؤه ، العلم فيه خير من العمل


Artinya : "Akan datang kepada manusi suatu zaman sedikit fuqoha (ahli fiqih) nya dan banyak khuthoba  (tukang khutbah/ceramah). Pada masa itu menuntut satu ilmu lebih baik dari pada melakukan satu amal (amal tanpa di dasari ilmu)".


MENYIKAPI MASALAH KEPEMERINTAHAN

*Mari Berfikir Jernih, Rasional dan Bijaksana* 
-------------------------------------------------
Merenungi makna Hadits pada _maqolah_ pertama kitab *Nashoihul Ibad*, al-Imam al-Hafidz Ibnu Hajar al-Asqolany mengemukakan sebuah hadist yg berbunyi :


خصلتان لاشيء أفضل منهما : الإيمان بالله والنفع للمسلمين .


*Artinya* : _Dua hal yg tidak ada sesuatupun yg lebih utama dari keduanya yaitu iman Kepada Allah dan *Memberi manfaat kepada orang Islam*_.


Dalam konteks bernegara bahwa siapa saja berhak untk maju mencalonkan dirinya sebagai pemimpin atau wakilnya dengan syarat dan ketentuan yang berlaku. Baik pemimpin daerah atau pemimpin suatu negara. 
Sebagaimana hal tersebut di atur oleh Undang - Undang Dasar 1945 pada Pasal ke - 6 :


"Calon Presiden dan Calon Wakil Presiden harus seorang warga negara Indonesia sejak kelahirannya dan tidak pernah menerima kewarganegaraan lain karena kehendaknya sendiri, tidak pernah mengkhianati negara, serta mampu secara rohani dan jasmani untuk melaksanakan tugas dan kewajiban sebagai Presiden dan Wakil Presiden".


Di sini saya bukan sedang membahas permasalah Capres & Cawapres.
Tapi saya di sini hadir untuk menanggapi masih banyaknya di Media Sosial ini orang - orang yang masih terus saja saling mencaci dan menghujat antara pendukung dari kedua belah pihak Capres & Cawapres. Baik dari kubu 01 atau 02.


Kembali ke masalah👇🏻
Jadi jelas bukan? Siapa saja berhak mencalonkan diri nya maju menjadi Pemimpin atau Wakilnya. Melihat hadits di atas terdapat kalimat والنفع للمسلمين (Memberi manfaat untuk umat Muslim). 
Kemudian asy-Syaikh Nawawi menjelaskan bahwa memberi manfaat itu bisa dengan berbagai cara, di antaranya بالمقال (dengan ucapan), بالجاه (Kedudukan/Jabatan), بالمال (Harta) atau بلبدن (Tubuh/Tenaga).


Memberi manfaat kepada orang lain bisa melalui apa saja, termasuk melalui kedudukan/jabatan.
Jadi, tidak ada salahnya bila ada seorang Ulama maju mencalonkan dirinya debagai Capres. Urusan anda memilih ulama tersebut atau tidak, itu adalah hak preogative setiap individu. 
Yg mau pilih yaaa silahkan.
Yg tidak mau pilih juga silahkan.
Sah - Sah saja. 
Tapi sekali lagi, jangan sampai maju nya seorang Ulama kepanggung Politik membuat anda tidak lagi menghormati Ulama.
Ini kesalahan yg cukup fatal.


Saya pribadi menilai begini, bila Ulama tidak boleh maju kepanggung Politik. Maka keadaan negara kita akan menjadi kacau balau. Sebab yg akan maju justru orang yg iman, akhlak dan perilakunya kacau balau (walau tidak semua)
Akhirnya perbuatan maksiat marak di mana - mana. Tempat lokalisasi menjamur, barang ilegal bebas keluar dan masuk negara dan lain sebagainya. Bahkan tidak menutup kemungkinan bahwa ia akan melakukan penyalah gunaan Jabatan.
Jadi dengan ikutnya Ulama ke dalam politik akan memberikan pengaruh yang cukup signifikan. 
Terutama menjadi filter untuk pemimpin dalam hal mencegah kemungkaran.
Walaupun tidak seluruhnya kemungkaran bisa di cegah. Tapi tetap tidak boleh di tinggalkan seutuhnya. Ada sebuah Qoidah dalam fiqih yang berbunyi :


ما لا يدرك كله لا يترك كله


*Artinya* : _Jika tidak didapati seluruhnya, jangan tinggalkan seluruhnya (yang mampu dikerjakan) .


Dengan ikutnya Ulama ke dalam panggung politik, bahkan ia menjabat suatu jabatan pemerintahan akan memberikan dampak luar biasa. 
Sebab ia bisa memberikan manfaat untuk kaum Muslimin melalui jabatan tersebut. Tempat - tempat lokalisasi di tutup, mengharamkan barang barang ilegal dan lain sebagainya.  Bukankah itu sebuah kemanfaatan untuk kaum Muslimin.


Saya pribadi bera'mar ma'ruf dengan cara diplomasi seperti ini lebih saya sukai. Ketimbang beramar ma'ruf membawa pentungan kemana - mana, bubarin lokalisasi, perjudian dan lain sebagainya. 
Sekalipun tujuannya sama, yaitu sama - sama mencegah kemungkaran. Tapi caranya berbeda. Dengan cara diplomasi melalui jabatan lebih mengurasi resiko perpecahan atau permusuhan. Ketimbang dengan cara membawa pentungan kemana - mana, resikonya akan terjadi caos, permusuhan dan perpecahan. Terkesal agama Islam itu sangar dan keras.


Maka mari berfikir jernih, jangan terlalu banyak SUUZHON nya. 
Apa lagi sampai mengatakan "Kalau ada ulama ikut politik, maka hilanglah ke Ulamaannya".


Saya mau bertanya : "Memangnya anda siapa? Kok seenaknya mencabut gelar ke Ulamaan seseorang hanya karena berbeda pandangan Politik. Anda itu bukanlah siapa - siapa".


Dalam memahami hadits di atas, saya menggunakan pendekatan teks, kontekstual & kontekstualisasi. Sehingga hadits tersebut bisa tetap di amalkan sepanjang zaman.


Saya bukan pendukung kubu 01 atau Kubu 02. Sebab pada pemilu kemarin saya Gak milih kok (Alias Golput). 🤣🤣


Jadi di sini murni hanya sebuah mauizhoh (nasihat) untuk kita semua. 
Berhentilah mencaci dan menghujat lawan - lawan politik anda.
Jangan kotori hati anda dengan kebencian dan dendam.


Mending banyakin sholawatan.
Shollu Alan Naby.....


*Medan 11 September 2019*
al-Faqir Sumitra Nurjaya.

UJIAN PARA WALI

Al-Imam Abul Hasan Asy-Syadzili RA berkata :


لا يكمل عالم في مقام العلم حتى يبتلى بأربع: شماتة الأعداء، وملامة الأصدقاء، وطعن الجهال، وحسد العلماء. فإن صبر جعله الله إماما يقتدى به


Seorang ulama atau wali belum akan mencapai tingkat kesempurnaan ilmu sampai dia mengalami empat ujian atau cobaan, yaitu :


1.) Kegembiraan musuh-musuhnya atau orang-orang yang tidak menyukainya (disebabkan cobaan yang sedang menimpanya)


2.) Celaan dari sahabat-sahabatnya


3.) Hinaan dari orang-orang yang bodoh


4.) Iri hati dari kalangan ulama


Jika dia mampu bersabar terhadap itu semua, pasti Allah Swt akan menjadikannya sebagai pemimpin yang diikuti.


Al-Imam Abul Hasan Asy-Syadzili RA berkata : “Ulama pun akan iri dengan ulama lain, apalagi hinaan orang-orang bodoh dalam hal agama pasti sulit dihindari, itulah ulama atau wali yang mempunyai derajat tinggi.”
________________________
Wallahu'alam Bis-Showab
Semoga Berkah Bermanfaat Dunia Akhirat, Aamiin


PENYEBAB DAPAT PEMIMPIN ZHOLIM

*Rakyat Terus Bermaksiat, Akan Diberi Pemimpin Yang Dzalim*
----------------------------------------------------------------------


Saya Sih Menanggapi Keadaan di Zaman ini. 
Khususnya di Indonesia ini dengan santai.
Saya berusaha memperbaiki diri dan mengajak orang - orang ramai meninggalkan perbuatan zholim.
Silahkan direnungi 👏🏻🥺👇🏻


Untuk memperbaiki masyarakat maka hendaknya jangan fokus ke pemimpin saja. Tetapi hendaknya memperhatikan keadaan masyarakatnya juga karena pemimpin adalah cerminan rakyatnya. Bisa jadi ada penguasa yang dzhalim itu adalah hukuman yang ditimpakan Allah unutk rakyat yang dzhalim juga, karena terus menerus  bermakasiat. Allah Ta’ala berfirman,


وَكَذَلِكَ نُوَلِّي بَعْضَ الظَّالِمِينَ بَعْضًا بِمَا كَانُوا يَكْسِبُونَ


“Dan demikianlah Kami jadikan sebahagian orang-orang yang zalim itu menjadi penguasa bagi sebahagian yang lain disebabkan apa yang mereka usahakan.” (Al An’aam: 129).


Munculnya pemimpin yang dzalim bisa jadi akibat perbuatan rakyatnya.


Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallambersabda,


يَا مَعْشَرَ الْمُهَاجِرِينَ خَمْسٌ إِذَا ابْتُلِيتُمْ بِهِنَّ وَأَعُوذُ بِاللَّهِ أَنْ تُدْرِكُوهُنَّ وَمَا لَمْ تَظْهَرِ الْفَاحِشَةُ فِي قَوْمٍ حَتَّى يُعْلِنُوا بِهَا إِلَّا ظَهَرَ فِيهِمُ الأَمْرَاضُ الَّتِي لَمْ تَكُنْ فِي أَسْلَافِهِمِ وَمَا مَنَعُوا زَكَاةَ أَمْوَالِهِمْ إِلَّا مُنِعُوا الْقَطْرَ مِنَ السَّمَاءِ وَلَوْلَا الْبَهَائِمُ لَمْ يُمْطَرُوا وَ مَا لَمْ يُطَفِّفُوا الْكَيْلَ وَالْمِيزَانَ إِلَّا أُخِذُوا بِجَوْرِ السُّلْطَانِ وَشِدَّةِ الْمَئُونَةِ وَالسِّنِينَ وَمَا لَمْ تَحْكُمْ أَئِمَّتُهُمْ بِكِتَابِ اللَّهِ وَيَتَخَيَّرُوا مِمَّا أَنْزَلَ اللَّهُ إِلَّا جَعَلَ اللَّهُ بَأْسَهُمْ بَيْنَهُمْ شَدِيْدٌ


“Hai orang-orang Muhajirin, lima perkara, jika kamu ditimpa lima perkara ini, aku mohon perlindungan kepada Allah agar kamu tidak mendapatkannya. Tidaklah muncul perbuatan keji (Zina,merampok, minum khamr, judi, dan lainnya) pada suatu masyarakat, sehingga mereka melakukannya dengan terang-terangan, kecuali akan tersebar penyakit-penyakit lainnya yang tidak ada pada orang-orang sebelum mereka. Orang-orang tidak menahan zakat hartanya, kecuali hujan dari langit juga akan ditahan dari mereka. Seandainya bukan karena hewan-hewan, manusia tidak akan diberi hujan. Tidaklah orang-orang mengurangi takaran dan timbangan, kecuali mereka akan disiksa dengan kezhaliman penguasa,  kehidupan yang susah, dan paceklik. Dan selama pemimpin-pemimpin (negara, masyarakat) tidak menghukumi dengan kitab Allah. Dan memilih-milih sebagian apa  yang Allah turunkan, kecuali Allah  menjadikan permusuhan yang keras di antara mereka.” (HR Ibnu Majah no. 4019).


Jadi di bawa santai.
Fokus saja ajak diri sendiri, keluarga, masyarakat untuk terus memberbaiki diri dan kualitas keimanan.
Gak usah ngabisin waktu untuk ngejelek2i pemerintah. 
Itu gak akan merubah situasi dan kondisi. 
Perbaiki diri .... 
Dengan kita meninggalkan maksiat, semoga di tahun2 yg akan datang kita di beri pemimpin yg baik dan amanah.


_Shollu alan Naby_


KAlAM NASEHAT

Suatu Hubungan Memiliki Plus dan Minus Itu Biasa 
Hanya di Butuhkan Sikap Kebijaksanaan dan kedewasaan untuk menghadapinya. 
Sekali Cinta Tetaplah Cinta .
Tidak Akan Pernah Ada Kata "Pisah" sampai maut yg memisahkan.


Bila cinta Berujung Kepada Perpisahan 
Pertanda Ada Salah satu dari Keduanya Yg Berkhianat. 
Mengingkari Janji Suci & Setia


TAHAPAN ILMU

BAB I


TAHAPAN ILMU


(Bagian 1 dari 3)


Mengawali pembahasan pada tahap pertama jalan yang harus ditempuh orang-orang yang beribadah, yaitu Tahapan Ilmu, dengan memohon taufiq kepada Allah s.w.t. Selanjutnya, wahai orang yang menginginkan keselamatan dan hendak menempuh jalan ibadah, semoga Allah memberikan petunjuk dan ilmu kepada Anda, karena ilmu merupakan pangkal dan sumber segala kebaikan.


Ketahuilah, sesungguhnya ilmu dan ibadah adalah permata. Karena keduanya, Anda bisa melihat dan mendengar kitab-kitab karya tulis pada pengarang, pengajaran para pengajar, nasihat para penasihat dan pemikiran para pemikir. Bahkan karena ilmu dan ibadah diturunkan kitab-kitab suci dan diutuslah para utusan. Juga karena keduanya langit dan bumi serta segala makhluk yang ada padanya diciptakan. Renungkanlah dua ayat di dalam kitab suci al-Qur’ān berikut ini.


Pertama, firman Allah s.w.t.:


اللهُ الَّذِيْ خَلَقَ سَبْعَ سَمَاوَاتٍ وَ مِنَ الأَرْضِ مِثْلَهُنَّ يَتَنَزَّلُ الأَمْرُ بَيْنَهُنَّ لِتَعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ عَلى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ وَ أَنَّ اللهَ قَدْ أَحَاطَ بِكُلِّ شَيْءٍ عِلْمًا


Artinya:


“Allah-lah yang menciptakan tujuh langit dan seperti itu pula bumi. Perintah Allah berlaku padanya, agar kamu mengetahui bahwasanya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu, dan sesungguhnya Allah ilmu-Nya benar-benar meliputi segala sesuatu.” (ath-Thalāq: 12).


Cukuplah ayat ini sebagai dalil atas kemuliaan ilmu, utamanya ilmu tauhid. Sedangkan ayat yang kedua adalah firman Allah s.w.t.:


وَ مَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَ الإِنْسَ إِلاَّ لِيَعْبُدُوْنِ


Artinya:


“Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia, melainkan supaya mereka menyembah-Ku.” (adz-Dzāriyāt: 56).


Dan ayat ini, cukuplah kiranya sebagai dalil atas kemuliaan ibadah dan keharusan untuk menunaikannya. Atas kemuliaan dan perkara itulah tujuan diciptakan dunia dan akhirat. Karenanya sudah semestinya bagi seorang hamba untuk tidak menyibukkan diri melainkan terfokus pada keduanya, tidak pula berpayah-payahan kecuali demi keduanya dan tidak pula berpikir kecuali berpikir dalam kerangka ilmu dan ibadah.


Ketahuilah, sesungguhnya segala perkara selain keduanya adalah batil, tidak ada kebaikan padanya, dan merupakan kesia-siaan yang tiada urgensinya. Ketika Anda telah mengetahui hal itu, maka ketahuilah bahwa ilmu adalah merupakan permata yang paling berharga dan mulia.


Oleh karena itulah, Nabi s.a.w. bersabda:


إِنَّ فَضْلَ الْعَالِمِ عَلَى الْعَابِدِ كَفَضْلِيْ عَلَى أَدْنَى رَجُلٍ مِنْ أُمَّتِيْ


Artinya:


“Sesungguhnya keutamaan orang yang berilmu atas orang yang ahli ibadah, sebagaimana keutamaanku atas orang yang paling rendah di antara umatku.”


Dan Nabi s.a.w. bersabda:


نَظْرَةٌ إِلَى الْعَالِمِ أَحَبُّ إِلَىَّ مِنْ عِبَادَةِ سَنَةٍ صِيَامِهَا وَ قِيَامِهَا


Artinya:


“Sekali pandang terhadap wajah orang alim, lebih aku sukai daripada ibadah satu tahun, berupa puasa di siang hari dan menunaikan shalat malam di malam harinya.”


Nabi s.a.w. juga bersabda:


أَلاَ أَدُلُّكُمْ عَلَى أَشْرَفِ أَهْلِ الْجَنَّةِ قَالُوْا: بَلَى يَا رَسُوْلَ اللهِ قَالَ: هُمْ عُلَمَاءُ أُمَّتِيْ


Artinya:


“Perhatikanlah, akan aku tunjukkan kepada Anda ahli surga yang paling mulia.” Para sahabat bertanya: “Ya, baiklah ya Rasūlullāh.” Beliau bersabda: “Mereka itu adalah para ulama dari umatku.”


Dengan demikian jelaslah bagi Anda sesungguhnya ilmu adalah permata yang lebih mulia daripada ibadah, tetapi merupakan keharusan bagi seorang hamba untuk menunaikan ibadah dengan didasari ilmu. Karena ilmu bagaikan posisi pohon, sementara ibadah menduduki kedudukan buah dan pohon itu. Maka keutamaan ada pada pohon karena ia merupakan asal atau pokok, tetapi pemanfaatan yang dihasilkan, didapatkan dari buahnya. Karenanya, seorang hamba harus memiliki keduanya. Ilmu dan ibadah dengan baik dan benar.


Oleh sebab itu Ḥasan Bashrī berkata: “Tuntutlah ilmu tanpa mengesampingkan aspek ibadah dan beribadahlah tanpa mengesampingkan aspek ilmu.”


Ketika ilmu dan ibadah menjadi keharusan bagi seorang hamba, maka terlebih dahulu yang harus diprioritaskan penguasaannya adalah ilmu, karena ia merupakan dasar dan petunjuk dalam menjalankan ibadah. Karenanya, Nabi s.a.w. bersabda:


الْعِلْمُ إِمَامُ الْعَمَلِ وَ الْعَمَلُ تَابِعُهُ


Artinya:


“Ilmu adalah imam (pemimpin) bagi amal, sedangkan amal mengikutinya.”


Ilmu menjadi pokok yang harus dijadikan panduan, maka menjadi keharusan bagi Anda untuk mendahulukannya daripada ibadah, karena dua alasan, yaitu:


Pertama: Agar ibadah Anda membuahkan hasil dan selamat, maka terlebih dahulu Anda wajib mengetahui siapa yang disembah. Barulah kemudian Anda menyembah-Nya. Bagaimana mungkin Anda menyembah seseorang (tuhan) yang tidak Anda ketahui asma dan sifat-sifat zatnya, apa sifat wajib dan apa pula yang mustahil baginya. Bisa jadi Anda meyakini tuhan yang Anda sembah itu dengan suatu sifat yang bertentangan dengan yang semestinya, sehingga mengakibatkan ibadah Anda sia-sia belaka.


Kami telah menerangkan hal yang mengandung kekhawatiran yang amat besar semacam itu, di dalam penjelasan kami tentang makna “sū’-ul-khātimah” pada bab “Al-Khauf” di dalam kitab Iḥyā’ Ulūmiddīn.


Selanjutnya, Anda harus mengetahui kewajiban-kewajiban syari‘at yang wajib Anda lakukan, dengan cara yang semestinya sebagaimana yang diperintahkan kepada Anda untuk melakukannya. Dan Anda juga harus mengetahui larangan-larangan syari‘at yang wajib Anda tinggalkan. Jika tidak, bagaimana bisa Anda melakukan ketaatan, sementara Anda tidak mengetahui ketaatan-ketaatan itu, dan apa yang harus ditaati dan bagaimana cara Anda melakukan ketaatan? Dan bagaimana pula Anda bisa menjauhi kemaksiatan, sementara Anda tidak mengetahui bahwa ia adalah kemaksiatan, sehingga Anda tidak terjerumus ke dalam kemaksiatan.


Ibadah-ibadah yang diperintahkan menurut syari‘at Islam itu, seperti bersuci, shalat, puasa dan kewajiban-kewajiban lain yang harus Anda ketahui hukum-hukum dan syarat-syaratnya, sehingga Anda dapat menunaikannya secara benar.


Adalah mungkin, Anda telah melakukan sesuatu bertahun-tahun dan sepanjang waktu, ternyata apa yang Anda lakukan itu membatalkan thahārah (kesucian) dan shalat Anda, serta menjadikan keduanya keluar dari koridor sunah yang telah ditetapkan secara syar‘i, sementara Anda tidak mengetahuinya. Mungkin Anda menemukan suatu masalah, sedangkan Anda tidak menemukan orang yang dapat Anda tanyai mengenai persoalan itu, padahal Anda tidak mengetahui hukumnya.


Hal yang sama dalam persoalan ini, dalam aspek ibadah secara batin yang terjadi di dalam hati yang harus Anda ketahui, seperti tawakal, berserah diri, ridha, sabar, tobat, ikhlas dan lain sebagainya yang akan kami jelaskan kemudian, in syā’ Allāh.


Dan Anda juga wajib mengetahui masalah-masalah larangan batin yang menjadi kebalikan dari hal tersebut, seperti marah, lamunan, riya’, sombong dan lain sebagainya yang harus Anda jauhi. Terhadap hal-hal yang fardhu Allah telah menetapkan perintah agar dijalankan. Dan melarang yang sebaliknya. Sebagaimana yang disebutkan di dalam al-Qur’ān dan hadits Nabi s.a.w.


Allah s.w.t. berfirman:


وَ عَلَى اللهِ فَتَوَكَّلُوْا إِنْ كُنْتُمْ مُؤْمِنِيْنَ


Artinya:


“Dan hanya kepada Allah hendaknya kamu bertawakal, jika kamu benar-benar orang yang beriman.” (al-Mā’idah: 23)


Dan firman Allah s.w.t.:


وَ اشْكُرُوْا للهِ إِنْ كُنْتُمْ إِيَّاهُ تَعْبُدُوْنَ


Artinya:


“Dan bersyukurlah kepada Allah, jika benar-benar kepada-Nya saja kamu menyembah.” (al-Baqarah: 172)


Dan firman Allah s.w.t.:


وَ اصْبِرْ وَ مَا صَبْرُكَ إِلاَّ بِاللهِ


Artinya:


“Bersabarlah (hai Muḥammad) dan tiadalah kesabaranmu itu melainkan dengan pertolongan Allah.” (an-Naḥl: 127)


Dan firman Allah s.w.t.:


وَ تَبَتَّلْ إِلَيْهِ تَبْتِيْلاً


Artinya:


“Dan beribadahlah kepada-Nya dengan penuh ketekunan.” (al-Muzzammil: 8)


Yakni, beribadahlah kepada-Nya dengan penuh keikhlasan.


Dan ayat-ayat yang lain, seperti nash yang menjelaskan tentang perintah shalat, puasa. Bagaimana halnya dengan sikap Anda yang menerima perintah shalat dan puasa, sementara Anda meninggalkan kefardhuan-kefardhuan yang lain (seperti perintah tawakal, sabar, ikhlas dan lain sebagainya). Padahal perintah itu semuanya dari Tuhan yang sama, yaitu Tuhan Yang Maha Esa (Allah), melalui kitab yang sama (al-Qur’ān). Bahkan Anda cenderung melalaikan perintah yang berkaitan dengan perlakuan hati, sehingga Anda tidak mengetahui sesuatu pun daripadanya, karena Anda terkecoh dengan omongan orang-orang yang menggebu-gebu kecintaannya terhadap dunia, yang membuat pandangannya menjadi terbalik, di mana yang baik dinyatakan mungkar dan yang mungkar dipandang baik.


Barang siapa yang meremehkan ilmu yang oleh Allah di dalam al-Qur’ān dinamakan sebagai cahaya (nūr), hikmah dan petunjuk, lalu menghadapkan diri pada aktivitas dan usaha yang haram, berarti ia memburu pembakaran api yang menyala-nyala (neraka).


Wahai orang yang menginginkan petunjuk, tidakkah Anda takut menyia-nyiakan sebagian kewajiban atau bahkan sebagian besar dari kewajiban-kewajiban? Sementara Anda sibuk melakukan shalat dan puasa sunah, maka Anda pun tidak memperoleh suatu apapun.


Mungkin juga Anda bersikap ceroboh melakukan kemaksiatan yang menyebabkan Anda masuk ke dalam neraka, sementara di sisi lain Anda meninggalkan hal-hal yang mubah, seperti makan, minum atau tidur dengan alasan untuk mendekatkan diri kepada Allah, maka jadilah Anda tidak mendapatkan sesuatu apapun.


Dan yang lebih parah dari itu semua adalah Anda memanjangkan lamunan sesuatu yang tidak patut, padahal lamunan semacam itu adalah murni kemaksiatan, sementara Anda menduganya sebagai niat yang baik, karena kebodohan Anda untuk dapat membedakan antara lamunan dan niat baik, yang pada sebagian perkara batas antara keduanya memang tipis.


Demikian pula halnya dengan sikap Anda, yang mengeluh dan membenci (protes) terhadap qadha Allah, sementara Anda menduganya hal itu sebagai sikap mendekatkan diri dan merendahkan diri kepada Allah ‘azza wa jalla. Dan terkadang Anda bersikap riya’ anshiḥ (riya’ dalam memberi nasihat), sementara Anda mengira sebagai bentuk pujian Anda kepada Allah s.w.t. atau ajakan terhadap manusia pada kebaikan. Anda pun menghitung-hitung kemaksiatan itu, sebagai ketaatan kepada Allah, dan mengira memperoleh pahala yang besar di tempat-tempat sumbernya siksaan. Jika demikian, sungguh Anda berada dalam ketertipuan yang besar dan kelalaian yang keji. Sungguh hal ini, merupakan musibah dan petaka yang sangat tragis bagi orang-orang yang beramal tanpa ilmu.


Di samping itu, sesungguhnya aktivitas ibadah lahiriyyah itu, memiliki hubungan secara batin yang bisa memperbaiki atau merusaknya, seperti ikhlas, riya’, sombong, menghitung-hitung kebaikan pada orang lain (undat-undat) dan lain sebagainya. Barang siapa yang tidak mengetahui persoalan aktivitas batin dan pengaruhnya terhadap amal lahir, dan bagaimana memelihara amal-amal lahir dari keburukan perbuatan batin, maka kecil kemungkinan amal lahirnya selamat, sehingga ia harus kehilangan pahala ketaatan secara lahir dan batin, maka yang tersisa di tangannya hanyalah kecelakaan dan kecemaran. Inilah suatu kerugian yang amat nyata.


Rasūlullāh s.a.w. bersabda menjelaskan tentang keutamaan orang yang berilmu, sebagai berikut:


إِنَّ نَوْمًا عَلَى عِلْمٍ خَيْرٌ مِنْ صَلاَةٍ عَلَى جَهْلٍ


Artinya:


“Tidur dengan didasari atas ilmu lebih baik daripada ibadah secara bodoh (tanpa didasari ilmu).”


Karena sesungguhnya orang yang beramal tanpa didasari ilmu, lebih banyak merusak amalnya daripada membaguskannya. Rasūlullāh s.a.w. bersabda:


إِنَّهُ يُلْهَمُهُ السُّعَدَاءُ وَ يُحْرَمُهُ الأَشْقِيَاءُ


Artinya:


“Sesungguhnya orang-orang yang beruntung diilhami dengan ilmu, dan orang-orang yang celaka dihalangi dari ilmu.”


Hadis tersebut mengandung makna, bahwa ilmu itu adalah milik Allah. Dialah yang akan memberikan ilham berupa ilmu kepada seseorang atau sebaliknya. Tetapi kecelakaan seseorang disebabkan karena ia tidak mau belajar, dia berlelah-lelah melakukan ibadah tanpa didasari ilmu hingga menyimpang dari yang semestinya, maka tidaklah berarti ibadah yang dilakukan itu, melainkan hanyalah mendapatkan kepenatan dan kelelahan saja. Semoga Allah melindungi kita dari ilmu dan amal yang tidak bermanfaat.


Oleh sebab itu, para ulama yang zuhud dan mengamalkan ilmunya menaruh perhatian yang sangat besar terhadap ilmu dan mengajarkannya kepada manusia. Karena ilmu merupakan poros atau sumbu ibadah dan kekuatannya dalam berkhidmat kepada Allah Tuhan semesta alam. Demikianlah pandangan orang-orang yang berilmu dan berpikir serta mendapatkan petunjuk.


Ketika hal yang demikian itu, telah jelas bagi Anda, bahwa kebaktian seorang hamba tidak akan membuahkan hasil dan selamat kecuali dengan ilmu, maka menjadi keharusan bagi Anda untuk mendahulukan ilmu sebelum beribadah

NIAT DALAM SEBUAH PERNIKAHAN

Dikutip dalam "Kitab Niat" Karangan Syaikh Al-Arif Billah Ali Bin Abi Bakr Al Sakron :


نيّات التزويج للشيخ العارف بالله علي بن أبي بكر السكران رضي الله عنه : " نويت بهذا التزويج والزوجة محبة الله عزوجل ، والسعي في تحصيل الولد لبقاء جنس الإنسان ، ونويت محبة رسول الله صلى الله عليه وسلم في تكثير مباهاته لقوله صلى الله عليه وسلم : " تناكحوا تكاثروا فإني مباه بكم الأمم يوم القيامة " . نويت بهذا التزويج وما يصدر مني من قول وفعل التبرك بدعاء الولد الصالح ، وطلب الشفاعة بموته صغيراً إذا مات قبلي ، ونويت بهذا التزويج التحصن من الشيطان وكسر التوقان وكسر غوائل الشر ، وغض البصر ، وقلة الوسواس ، نويت حفظ الفرج من الفواحش . نويت بهذا التزويج ترويح النفس وإيناسها بالمجالسة والنظر والملاعبة ، وإراحة القلب وتقوية له على العبادة . نويت به تفريغ القلب عن تدبير المنزل والتكفل بشغل الطبخ والكنس والفرش ، وتنظيف الأواني وتهيئة أسباب المعيشة . ونويت به مجاهدة النفس ورياضتها بالرعاءة والولاية والقيام بحقوق الأهل والصبر على أخلاقهن واحتمال الأذى منهن والسعي في إصلاحهن وإرشادهن إلى طريق الخير والاجتهاد في طلب الحلال لهن ، والأمر بتربية الأولاد وطلب الرعاية من الله على ذلك والتوفيق له والانطراح بيت يديه والافتقار إليه في تحصيله ، ونويت هذا كله لله تعالى . ونويت بهذا التزويج مانوى به عبادك الصالحون والعلماء العاملون ، اللهم وفقنا كما وفقتهم وأعنا كما أعنتهم ، وأتمم لنا تقصيرنا وتقبل منا ، ولا تكلنا إلى أنفسنا طرفة عين وأصلح لنا ذلك كله بمنك وكرمك في خير وعافية . اللهم اغفر لنا وارحمنا وأرض عنا وتقبل منا ، وأدخلنا الجنة ونجنا من النار وأصلح لنا شأننا كله . اللهم أجعل لي في هذا التزويج وفي جميع أشيائي العون والبركة والسلامة ، وسلمني من أن تشغلني عنك وأن لا تحول بيني وبين طاعتك واجعل لي في الكفاف والعفاف . اللهم إني وحركتي وسكوني وديعة فاحفظني أينما كنت وتولني عني بتوليتك التي توليت بها عبادك الصالحون . اللهم أعنا ووالدينا وأولادنا وأزواجنا ومشائخنا وإخواننا ، وجميع قراباتنا وأرحامنا وجميع أصحاب الحقوق ومن له أدني حق ، اللهم أعنّا وإياهم على ذكرك وشكرك وحسن عبادتك يارب العالمين . اللهم أهدنا ووفقنا وإياهم يارب العالمين ، اللهم أحينا وإياهم على الكتاب والسنة ياذا الجلال والإكرام ، اللهم إنا نسألك لنا ولهم القبول منا وما قربنا إليك آمين ، وصل بجلالك على أشرف المرسلين محمد خاتم النبيين وعلى آله وصحبه وسلم . والحمد لله رب العالمين .


Niat nikahnya Syaikh Al-Arif Billah Ali bin Abi Bakr As-Sakron Rodliyallohu 'Anhu : "Saya niat menikah dan berpasangan karena cinta pada Allah 'azza wa Jalla,dan berusaha untuk menghasilkan anak (keturunan) untuk berlangsungnya kehidupan manusia, dan saya niat karena cinta kepada Rosululloh shollallohu alaihi wasallam untuk memperbanyak hal yang membanggakan beliau, karena sabda beliau shollallohu alaihi wasallam :


" ﺗﻨﺎﻛﺤﻮﺍ ﺗﻜﺎﺛﺮﻭﺍ ﻓﺈﻧﻲ ﻣﺒﺎﻩ ﺑﻜﻢ ﺍﻷﻣﻢ ﻳﻮﻡ القيامة "


"Menikahlah kalian, dan memperbanyaklah keturunan, karena sesungguhnya saya bangga dengan sebab kalian terhadap umat-umat (kelak) di hari kiamat " Saya niat dengan pernikahan ini dan apa yang keluar dariku baik berupa ucapan dan perbuatan untuk tabaruk dengan doa anak sholih, dan mencari syafaat dengan kematian anak ketika masih kecil jika mati sebelum aku. Dan aku niat dengan pernikahan ini untuk membentengi diri dari syetan, memecah kerinduan, dan memecah bencana buruk, menundukkan pandangan, meminimalisir was-was (bisikan hati), dan saya niat memelihara kemaluan dari hal-hal yang keji.


Saya niat dengan pernikahan ini untuk menenangkan dan mententramkan jiwa dengan duduk bersama, memandang, dan saling bersenda gurau, dan untuk menenangkan dan menguatkan hati dalam beribadah. Saya niat dengan pernikahan ini untuk mengosongkan hati dari mengatur rumah, dan menanggung kesibukan memasak, menyapu, menyiapkan tempat tidur, membersihkan wadah dan mempersiapkan sebab-sebab (bekal-bekal) hidup.


Saya niat dengan pernikahan ini seperti apa yang telah di niatkan dalam pernikahan hamba-hambaMu yang sholih dan Ulama yang mengamalkan ilmunya. Wallahu A'lam.


PESAN BERHARGA UNTUKMU

Oleh : Al-Ustadz Sumitra Nurjaya S.Pd,i  (Pimpinan Majelis Taklim Al-Kamal Medan & Pondok Pesantren Miftahussuruur Medan) Diantara pesan...